Tugas Jiwa Tingkat II Reguler I

MAKALAH JIWA PSIKOSOSIAL
KEHILANGAN





DISUSUN OLEH : KELOMPOK I TK II REGULER I
1.      DEBBY SUKMA OKTAVIANY
2.      DESTI NABILA PUTRI
3.      DIAH KARTIKA SARI
4.      DUSTRIANI SIDAURUK
5.      DWI PUTRI PRATIWI
6.      ELFA DEWI FIRDANIARTI
7.      ERMAS SURYATAMA
8.      FANI MAULITA NABILA
                                                                                       

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami membahas tentang “Makalah Psikososial “Kehilangan””.
Makalah ini dibuat dari berbagai sumber untuk membantu menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing. Sebagai koordinator mata ajar  Keperawatan Jiwa.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada tugas ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun.

                                                           

Bandar lampung, Oktober 2014

Penyusun











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
a.                   Latar Belakang ................................................................................. 1
b.                  Rumusan Masalah ............................................................................ 2
c.                   Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI
1.      Kehilangan
A. Definisi Kehilangan.................................................................................. 3
B. Tipe Kehilangan........................................................................................ 3
C. Jenis Kehilangan....................................................................................... 4
D. Rentang Respon Kehilangan.................................................................... 5
2.      Berduka
A. Definisi Berduka................................................................................................. 6
B. Teori Proses Berduka............................................................................... 6
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian............................................................................................................. 12
2.      Analisa Data.......................................................................................................... 16
3.      Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 17
4.      Rencana Keperawatan.......................................................................................... 18
5.      Lembar Kegiatan Klien........................................................................................ 21
6.      Evaluasi Keperawatan ......................................................................................... 22
BAB IV PENUTUP
1.      Kesimpulan.......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B.     Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1.      Tujuan umum
·         Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
·           Mengetahui  asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka disfungsional
2.      Tujuan khusus
·       Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
·       Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
·       Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.













BAB II
LANDASAN TEORI

1. Kehilangan
A. Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu.

B. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
C.                Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
·            Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
·            Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
·            Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
·            Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
·            Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
D.                Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “


2.         Berduka
A.    Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

B.     Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1.    Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
·       Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
·       Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
·       Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
·       Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
·       Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
1.    Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a)                Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b)               Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c)                Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d)               Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

e)                Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
1.    Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
1.    Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1.    Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2.      Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3.      Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.


PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964)
KUBLER-ROSS (1969)
MARTOCCHIO (1985)
RANDO (1991)
Shock dan tidak percaya
Menyangkal
Shock and disbelief
Penghindaran
Berkembangnya  kesadaran
Marah
Yearning and protest

Restitusi
Tawar-menawar
Anguish, disorganization and despair
Konfrontasi
Idealization
Depresi
Identification in bereavement

Reorganization / the out come
Penerimaan
Reorganization and restitution
Akomodasi

Rentang Respon Kehilangan
Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.

Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.

Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.

Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.





















BAB III
 ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS KEHILANGAN SERTA BERDUKA

KASUS :
Ibu A. 39 baru pertama kali dirawat diRSJ Menur karena sejak sebulan yang lalu mengurung diri dikamar, menolak makan, minum, dan mandi. Hal ini terjadi sejak bercerai dengan suaminya yang ketiga bulan yang lalu. Berdasarkan hasil observasi saat klien dirawat dirumah sakit , klien tampak selalu menyendiri, lebih sering berada ditempat tidur dengan posisi janin, saat makan selalu duduk di pojok dan berpindah tempat bila ada yang duduk disebelahnya. Klien jarang mandi dengan alasan malas. Baju hampir tidak pernah diganti, kulit, kuku, dan gigi tampak kotor.
Saat dikaji oleh perawat, klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena merasa dirinya jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan. Klien mengatakan mana ada orang yang mau berteman dengan saya suster saya khan tidak bisa apa-apa, udah jelek janda lagi.
PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian                 : 22 Oktober 2014
Tanggal Masuk                        : 20 Oktober 2014
Ruang                                      : Melati

A.                IDENTITAS

Pasien
Nama                                  : Ny A
Umur                                  : 39 tahun
Jenis Kelamin                     : Perempuan
Suku/Bangsa                      : Jawa/Indonesia
Agama                                : Islam
Pendidikan                         : SMA
Pekerjaan                            : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                : Gombong , Kebumen

Penanggung jawab
Nama                                    : Tn T
Umur                                   : 20 Tahun
Jenis Kelamin                     : Laki-laki
Pekerjaan                            : Wiraswata
Hub. dg klien                     : Adik Klien
Alamat                                : Gombong, Kebumen

B.                    ALASAN MASUK
            Sejak sebulan yang lalu klien mengurung diri dikamar, menolak makan, minum, dan mandi.


C.                  FAKTOR PREDISPOSISI
a.             Gangguan jiwa dimasa lalu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya .
b.             Tumbuh Kembang
-                 Lahir sampai preskul
Klien mengatakan  tidak mengingatnya karena sudah lama
-                  Usia sekolah
Klien mengatakan dulu waktu sekolah klien memang pendiam, tidak suka bergaul dengan temannya. Tetapi klien mengatakan  keluarga klien  terutama ibunya sering memotivasi klien untuk bergaul dengan temannya
-                   Praremaja sampai remaja
Klien mengatakan saat remaja klien sudah memiliki pacar dan tidak pendiam lagi.
c.              Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa sebelum ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
d.             Factor Presipitasi
Klien mengatakan sudah tiga kali mengalami perceraian.
D.                   FISIK
a.             Tanda vital
TD                             : 100/60 mmHg
N                               : 86 x/mnt
RR                            : 22 x/mnt
b.             Ukur
TB                             : 165 cm
BB                            : 58 kg
c.              Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.

E.                    PSIKOSOSIAL
a.        Konsep diri                                                                        
-            Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena merasa dirinya jelek. Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan. Klien mengatakan “mana ada orang yang mau berteman dengan saya suster saya khan tidak bisa apa-apa, udah jelek janda lagi”.

-            Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang wanita bernama Ny A, yang tinggal bersama adiknya di daerah Gombong, Kebumen

-            Peran
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang istri yang tidak berguna bagi suaminya.
b.        Hubungan Sosial
Klien  mengatakan tidak ada keinginan  dalam berhubungan dengan orang lain dank klien mengatakan ingin sendiri saja.
c.         Spiritual
Nilai dan keyakinan  : Klien mengatakan dia seorang muslim
Kegiatan ibadah        : Klien mengatakan jarang Sholat



F.                     STATUS MENTAL
a.              Penampilan
Kulit, kuku, dan gigi klien tampak kotor.
b.             Pembicaraan
Klien kurang koorperatif saat berbicara.
c.              Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, sering menyediri dan melamun , klien melakukan kegiatan jika di motivasi perawat.
d.             Alam perasaan
Klien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang bersemangat.
e.              Afek klien
Afek klien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan perubahan raut  muka atau ekspresi wajah.
f.              Interaksi secara wawancara
Selama interaksi klien kurang kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang sering berpaling pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol jawaban klien simple dan singkat
g.             Proses pikir
Klien tidak mengalami waham.
h.             Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah bingung.
i.               Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek, maupun saat ini, karena klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini , tanggal dan tahun dan klien mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin yaitu seperti senam,dan lain-lain.
j.               Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkosentarasi secara penuh, karena klien terihat binggung dan sering berpaling muka saat diajak berbicara, klien dapat berhitung dengan pertanyaan yang sederhana seperti 2+3= 5 dan klien mampu menjawabnya.
k.             Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah / sakit(pasien) 

G.                  KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
a.             Makan, mandi, dan berpakaian
Klien dapat menyiapkan makanan, mandi dan berpakaian secara mandiri
b.             BAB dan BAK
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan membersihkan diri saat BAB dan BAK
c.              Istirahat dan Tidur
Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya.
d.             Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat

H.                  MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna    bagi  keluarga dan orang lain.

I.                      ASPEK MEDIS
Terapi Medis :
-                 Haloperidol (2x5mg) 5mg/12 jam (oral)à antipsikotik turunan
Indikasi: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk skizofrenia dan manik negara
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau obat depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional adalah efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang grand mal, dan eksaserbasi gejala psikotik
-                 Chlorpromazine 100 mg/12 jam(oral)  
Indikasi : Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung, insomnia, waham,halusinasi; Gangguan kepribadian, Psikosis involusional, Psikosis pada anak
Kontra indikasi: koma, keracunan alcohol, hipersensitif (alergik)
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.
-                 Triheksipenidile 2mg/12 jam(oral)
Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.



ANALISA DATA


Nama Klien     : Ny.A                                                 DX Medis       :
RM No.           :                                                           Ruangan          : Melati
Tgl
Data Fokus
Diagnosa
ttd
22/10/2014
Jam 10.00
-   Ds :
Klien mengatakan merasa malu bergaul dengan orang lain karena merasa dirinya jelek.
    -   Do :

K Klien juga merasa dirinya minder karena selalu gagal dalam pernikahan.

Gangguan konsep diri ; Harga Diri Rendah
 
14/10/2014
Jam 10.05
-   Ds :
    Klien mengatakan malas untuk membersihkan diri
-   Do :
    Kuku , kulit serta gigi klien tampak kotor

Defisit Perawatan Diri :  intoleransi aktivitas
 

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.     Gangguan Konsep Diri; Harga diri rendah
2     Defisit Perawatan Diri :  intoleransi aktivitas



B. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama klien      : Ny. A                                                                                    Dx medis         :
RM                  :                                                                                   Ruangan          : Melati

Tgl
No. Dx
Dx. Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi


Gangguan konsep diri; harga diri rendah
klien memiliki konsep diri yang positif
setelah tindakan keperawatan  selama 3x24 jam:
1. Klien merasa harga dirinya naik.
2. Klien mengunakan koping yang adaptif.
3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
~ Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
~ Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
~ Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.

2. Menyelidiki diri dengan cara :
~ Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
~ Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
~ Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien.


3. Mengevaluasi diri dengan cara :
~ Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
~ Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.


4. Membuat perencanaan yang realistik.
~ Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
~ Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.


5. Bertanggung jawab dalam bertindak.
~ Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.


6. Mengobservasi tingkat depresi.
~ Mengamati perilaku klien.
~ Bersama klien membahas perasaannya.


7. Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
~ Menghargai perasaan klien.
~ Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
~ Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya.
~ Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.




Defisit perawatan diri berhubungan dengan intolenransi aktivitas.

Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.




setelah tindakan keperawatan  selama 3x24 jam:

1. Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
2. Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
3. Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
4. Klien dapat merawat kukunya sendiri.
1. Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan.
2. Menganjurkan klien untuk mandi.
3. Menganjurkan pasien untuk mencuci baju.
4. Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri.
5. Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.



















LEMBAR KEGIATAN KLIEN

Nama Klien     : Ny.A                                                 DX Medis       :
RM No.           :                                                           Ruangan          : Melati


Jam
Kegiatan
Evaluasi
23-10-2014
24-10-2014
25-10-2014
07.00
08.00
08.30
09.00

11.00
12.00
13.00
13.30
Klien membersihkan diri (mandi)
Klien Sarapan
 Belajar berkenalan dengan individu
 Kegiatan Bebas (membersihkan ruangan, membantu membersihkan lingkungan sekitar, menyapu, mengepel, )
 Istirahat
 Kegiatan Rohani
Makan Siang
Tidur siang
B
M
B
M
M
B
M
M
M
M
B
M
M
B
M
M
M
M
M
M
M
M
M
M

 Keterangan:
M         : mandiri
B         : bantuan
T          : total care (tergantung)







EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Klien     : Ny.A                                                             DX Medis       :
RM No.           :                                                                       Ruangan          : Melati



Tgl/ jam
Dx Kep
Implementasi
Evaluasi
Ttd/nama
22/10/14
HDR
SP1
o   Mengidentifikasi kemampuan kegiatan dan aspek positif .
o   Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini: Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
o   Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
o   Latih kegiatan yang dipilih
o   Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari
S : Klien mengatakan dapat membersihkan ruangan dengan baik

O : Klien dapat mengerjakan kegiatan yang dia sukai (membersihkan ruangan)

A : tujuan tercapai

P : Pertahankan SP1
Bi bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal
09.00 Membersihkan ruangan

-   
 

Ns. D
23/10/14
HDR
SP2
o   Evalusai kegiatan pertama yang telah dilatih dan diberikan pujian
o   Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
o   Latihan kegiatan kadua nya
o   Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing-masing 2 kali per hari
S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan kegiatan kedua (menyapu dengan benar dan bersih)

O :
Klien mendemonstrasikan menyapu ruang tidur dan ruang makan dengan benar, senang dan wajah tanpa paksaan perawat.
- Klien memasukan ke dalam jadwal harian

A : Tujuan tercapai, klien sudah mampu menyapu dengan optimal

P :
-          Pertahankan SP1
-          Lanjutkan intervensi SP2
-          Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal
09.00  membersihkan ruangan lalu menyapu ruang tidur dengan sendiri
 

Ns. D
24/10/14
DPD
SP1
o   Identifikasi maslah perawatan diri : kebersihan diri,berdandan, makan/minum , BAK/BAB
o   Jelaskan pentingnya kebersihan diri
o   Jelaskan cara dan alat kebersihan diri
o   Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
o   Masukan pada jadwal kegiatan untuk mandi, sikat gigi( 2 kali per hari), cuci rambut(2 kali per minggu), potong kuku (1kali per minggu).
S :
-Klien mengatakan sudah bisa membersihkan dirinya sendiri

O : Klien terlihat lebih bersih dibandingkan dengan sebelumnya

A : tujuan terpenuhi

P :
-           Pertahankan SP1 serta tetap bimbing dalam perawatan diri klien
 

Ns. D
25/10/14
DPD
SP2
o   Evaluasi kegiatan kebersihan diri beri pujian
o   Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
o   Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan ; sisiran, cukuran untuk pria
o   Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan
S :
-Klien mengatakan sudah bisa berdandan sendiri

O : Klien terlihat lebih bersih dan rapi serta terlihat lebih cantik

A : tujuan terpenuhi

P :
-           Pertahankan SP1 dan SP2 , serta tetap awasi kegiatan pasien


Ns. D















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.




DAFTAR PUSTAKA



1.      Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
2.      Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
3.      Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
4.      Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar