Askep Jiwa (Oleh Kel.5 Tk.II Reguler III)


TUGAS
KEPERAWATAN JIWA 1











Nama Kelompok 5:

1.      Roby Tri Nugroho
2.      Sari Puspita
3.      Shinta Asmarantika
4.      Tianingsih
5.      Tria Maharani
6.      Wismo Prayogo
7.      Yuni Rosalia

TINGKAT II REGULER III


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
D III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2014/2015


Kasus 
Ny. N adalah seorang wanita lemah yang berusia 65 tahun. Suaminya, meninggal 8 tahun yang lalu akibat STEMI. Ny. N tinggal di rumah anaknya sejak dua tahun yang lalu. Pada saat itu ia didiagnosis kanker payudara metastasis ,ia telah menjalani pembedahan, radiasi, dan kemoterapi. Pasien diinformasikan bahwa harapan hidupnya hanya tinggal kurang dari setahun, pada suatu saat tiba-tiba kondisinya menurun dan mengalami kondisi yang terminal, pasien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya dan keluarganya pun mengalami kecemasan akan kondisi terminal yg dihadapi klien

1.  Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami penurunan keyakinan terhadap tuhannya.
b.   Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama 6 bulan yang lalu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
2) Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
1. Pasien kurang rensponsif.
2. Fungsi tubuh melambat.
3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
4. Rahang cendrung jatuh.
5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
6. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
7. Kulit pucat.
8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

2. Pengkajian Kebutuhan Dasar
  1. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
  2. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
  3. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
  4. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
  5. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
  6. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
  7. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
  8. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.
  9. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

3. Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas/ ketakutan  (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres  ( tempat perawatan ).
d) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
Kriteria Hasil
a) Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi  normal , tanggung jawab peran dan gaya hidup.
b) Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Mempertahankan  hubungan  erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara berikut:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
1.   Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2.   Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan.
3.   Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
d) Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan mempengaruhi  penerimaan terhadap ancaman kematian.
4.  Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup.
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
  1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
  2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup.
No
Intervensi
Rasional
1
Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
a. Berikan  kepastian dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan
c. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya
d.   Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif
Klien yang cemas mempunyai penyempitan  lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
2
Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.
3
Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka.
Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
4
Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut  : mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.

No
Intervensi
Rasional
1
Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan.Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi tersebut.
2
Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu.
Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
3
Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.
Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
4
Bantu klien  mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
5
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan  ketidak nyamanan dan dukungan.
Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
a.  Membantu berdandan.
b.  Mendukung fungsi kemandirian.
c.  Memberikan obat nyeri saat    diperlukan dan
d.  Meningkatkan kenyamanan fisik               ( Skoruka dan Bonet 1982 ).
Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan ).
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1.   Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2.   Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan
3.         melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
No
Intervensi
Rasional
1
Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
Kontak yang sering dan mengkmuikasikan sikap perhatian dan peduli  dapat membantu  mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
2
Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
3
Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU
Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan
dengan ketidaktakutan.
4
Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi  spesifik tentang kemajuan klien.
5
Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan.
Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
6
Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.
Keluarga dengan masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga.
Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian
Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
No
Intervensi
Rasional
1
Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya.
Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
2
Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
3
Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.
Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan  perenungan.
4
Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan.
Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
5
Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (  kapel dan injil RS ).
Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ).
5. Implementasi
Diagnosa I
1.   Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a.      Memberikan kepastian dan kenyamanan.
b       Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
c       Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobotannya.
d.      Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.
2.   Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
3.   Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.
4.   Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.
5.   Memberikan dorongan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan imajines dan pernafasan relaksasi.
Diagnosa II
1.   Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2.   Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.
3. Memberikan dorongan pada klien  untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan.
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya.
Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual keagamaan atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.
2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang beragama islam
6. Evaluasi
a). Klien
1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.

b). Keluarga Klien:
1.   Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah,
kehilangan, dll.
  1. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.
  2. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.
  3. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar