asuhan keperawatan jiwa psikososial menjelang ajal kelompok 5 reguler 1 tingkat 2



KEPERAWATAN JIWA
ASKEP PSIKSOSIAL PASIEN MENJELANG AJAL
OLEH KELOMPOK 5:
KELAS REGULER 1 TINGKAT 2
1.Rosalina Helena Sidabutar
2.Septia Wahyudi
3.Sofyan Effendi
4.Suhayat Nursita
5.Tiara Eka Purnama BR.N
6.Viscki Perdian Azis
7.Yantika Indrawati
8.Yupita Sari

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas  limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini telah terselesaikan.
Penulis sadar bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, Kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin


                                                                      B.lampung, oktober 2014














ASUHAN  KEPERAWATAN  PASIEN  MENJELANG AJAL
“KEMATIAN MERUPAKAN BAGIAN YANG ALAMI DARI KEHIDUPAN”
        Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan unik secara individual. Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai, kesepian, pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan suatu pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang menjelang ajal dan keluarga, teman serta pemberi asuhan mereka. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan klien dapat berlanjut.
            Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita.

TUJUAN :
                 Membantu pasien meninggal dengan tenang, terhormat, bebas dari rasa cemas
                 dan nyeri

SAKRATUL MAUT
  • Bagian dari hidup
  • Proses dari kelahiran sampai meninggal

BEBERAPA REAKSI TERHADAP PENYAKIT TERMINAL
  • Beberapa pasien mungkin masih punya waktu untuk kematian psikologis,
mereka mungkin akan menyerah pada keadaan
  • Beberapa orang mencari cara untuk mengurangi nyeri dan gangguan
emosional dari penyakit yang lama serta menunggu kematian dengan
tenang
  • Sebagian lagi menjadi takut atau marah dan menunjukkan suasana hati
yang bergeser dari menolak sampai depresi
  • Sebagian yang lain mencoba mencapainya, mencoba mengungkapkan
perasaannya dan pikirannya tentang masa depan yang tidak pasti
  • Yang lain putus asa dan cemas atau periode mencari, pertanyaan yang
masih kabur



 PERAWAT HARUS MENERIMA PERILAKU PASIEN DENGAN PENGERTIAN DAN INTERPRETASIKAN KEBUTUHAN SEBENARNYA KEHILANGAN, BERDUKA, dan KEMATIAN KEHILANGAN
Kehilangan tidakselalu oleh kematian tetapi semua kehilangan disertai putus hubungan
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

TIPE KEHILANGAN :
  1. Kehilangan cinta seseorang / orang yang dicintai
  2. Kehilangan diri sendiri ( bodi, kepribadian yang dimiliki seseorang, gambaran mental, dll)
  3. Kehilangan obyek ( mobil, rumah, dll)

Kehilangan Obyek Eksternal
            Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah tempat, dicuri atau rusak karena bencana alam. Bagi anak-anak kehilangan boneka, selimut, dll. Sedangkan orang dewasa mungkin kehilangan perhiasan, motor, hap, dll. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang tergantung pada nilai dan kegunaan yang dimiliki  benda tersebut.

Kehilangan Lingkungan yang telah dikenal
            Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan, yang mencakup meninggalkan lingkungan tersebut atau kepindahan permanen. Misalnya pindah ke kota baru, mendapatkan pekerjaan baru, atau perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dengan lingkungan yang telah dikenal dapat melalui situasi :
  • Maturasional ( seorang lansia pindah ke panti werda, rumah perawatan)
  • Situasional ( mengalami cedera / penyakit, kehilangan rumah karena bencana alam )
Perawatan mengakibatkan seseorang merasa di isolasi dari kejadian rutin. Peraturan rumah sakit membuat suatu lingkungan yang impersonal dan demoralisasi. Kesepian akibat lingkungan yang tidak dikenal mengancam harga diri dan membuat berduka menjadi lebih sulit.

Kehilangan orang terdekat
            Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara kandung, guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja, bahkan mungkin hewan peliharaan, dan mungkin juga artis atau atlet idolanya. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah, melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.
Kehilangan Aspek Diri :
            Dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh seperti anggota gerak, mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fisiologis mencakup kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan respeks, atau cinta. Kehilangan ini dapat terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan atau situasi. Kehilangan ini dapat menurunkan kesejahteraan individu. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan harga diri.

Kehilangan Hidup :
            Perhatian utama sering bukan pada kematian tetapi mengenai nyeri dan kehilangan kontrol. Sebagian besar orang takut akan kematian dan gelisah mengenai kematian. Setiap orang berespons berbeda terhadap kematian :
  • Orang yang menderita penyakit kronis lama dapat mengalami kematian sebagai  peredaan        
  • Sebagian menganggap kematian jalan menuju bersatu di surga dg orang yang dicintai
  • Sedangkan orang lain takut perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau cedera. Ketakutan akan kematian sering menyebabkan individu menjadi ketergantungan.

Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh :
    • Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
    • Tahap perkembangan
    • Kekuatan/koping mekanisme
    • Support system

RESPONS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHILANGAN :

  1. Sakit kepala
  2. Nafsu makan menurun atau meningkat
  3. Perubahan kebiasaan BAB dan BAK
  4. Perubahan pola tidur dan mimpi
  5. Sesak nafas dan mulut kering
  6. Tercekik pada tenggorokan dan / dada
  7. Kelemahan otot
  8. Tidak enak badan
  9. Marah dan permusuhan
  10. Kesalahan dan menyalahkan diri sendiri

                                                                     

                                                        
                                                                     
                                                              PERAWAT
  1. Menganjurkan pasien bicara tentang perasaan dan kehilangannya : ijinkan
Expresi feeling (menangis, marah )
  1. Dengarkan pasien
  2. Memberi bantuan dan informasi yang diperluksn
  3. Menenangkan pasien bahwa berduka adalah proses normal
  4. Menghormati agama, kultur. dan sosial pasien
    
BERDUKA, BERKABUNG dan KEHILANGAN KARENA KEMATIAN
Istilah berduka, berkabung dan kehilangan karena kematian sering digunakan tumpang tindih. Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan dan aktivitas yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup berduka dan berkabung. Berduka  merupakan reaksi bio- psiko- sosial terhadap persepsi dari kehilangan. Berduka adalah proses mengalami reaksi psikologis, sosial dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respons tersebut yang diekspresikan terhadap kehilangan dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, keputusasaan, kesepian ketidakberdayaan, rasa bersalah, marah, dan lain-lain. Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup berupaya untuk melewati berduka/dukacita. Proses berduka/dukacita dan berkabung bersifat mendalam, internal, menyedihkan , dan berkepanjangan.

A. Teori Engel (1964)
            Proses berduka mempunyai 3 fase yang dapat diterapkan pada seseorang yang berduka dan menjelang kematian, yaitu :
  • Fase pertama, individu menyangkal realitas kehidupan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak, atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat seperti pingsan, berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan keletihan.
  • Fase kedua, individu mulai merasa kehilangan tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan. Secara mendadak menjadi marah, rasa bersalah, frustrasi, depresi, dan kehampaan. Menangis adalah khas individu menerima kehilangan.
  • Fase ketiga, Marah dan deoresi tidak lagi terjadi. Kehilangan telah jelas bagi individu yang mulai mengenali hidup. Dengan mengalami fase ini seseorang telah berkembang kesadaran dirinya [fungsi emosi dan intelektual menjadi lebih tinggi].

B. Teori Kubler Ross  (1969)
Tahapan menjelang ajal ( Dr. E. Kubler Ross )

  1. 1.      DENIAL ( Mengingkari /menyangkal )Z
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih, dan pucat. Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal. Ia mungkin tidak menerima informasi ini sebagai kebenaran, dan bahkan mungkin mengingkarinya.
“ Saya? Tidak, tak mungkin”
“ Hal ini tidak terjadi pada saya
“ Saya terlalu muda untuk mati”
Perawat :
Cobalah untuk tidak mempertegas atau mengingkari kenyataan bahwa pasien menjelang kematian
Contoh :
            “Hasil lab ini tidak benar, saya tidak menderita ca”
            “ Pasti sulit bagi anda untuk memahami hasil pemeriksaan tersebut”
  1. 2.      ANGER ( marah )
Individu melawan kehilangan dan dapat bertindak pada seseorang dan segala sesuatu di lingkungan sekitarnya. Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif.
Terjadi ketika pasien tidak lagi dapat mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Pasien mungkin menyalahkan orang disekelilingnya termasuk perawat
“ Mengapa saya?”
: Semua ini adalah kesalahanmu. Saya seharusnya tidak datang ke RS ini”
Perawat:
Pahami penyebab marah pasien. Berikan pengertian dan dukungan. Dengarkan.
Cobalah memenuhi dengan cepat kebutuhan dan tututannya yang masuk akal.
Contoh :
“Makanan ini tidak enak, tidak cocok untuk dimakan”
“ Coba saya cari dulu, apakah ada makanan lain yang dapat meningkatkan selera anda “
  1. 3.      BARGAINING ( Tawar-menawar )
Terdapat penundaan realitas kehilangan. Individu mampu mengungkapkan rasa marah atau kehilangan, ia akan mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa. Pada tahapan ini pasien seringkali mencari pendapat orang lain. Kemarahan biasanya mereda dan pasien menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Pasien mencoba menawar waktu untuk hidup. Ia seringkali akan berjanji kepada Tuhan.
“ Jika Engkau mengijinkan saya hidup 2 bulan lagi, saya berjanji akan menjadi orang baik “
“ Saya tahu, saya akan mati dan saya siap untuk mati tetapi tidak sekarang “
Perawat :
Sebanyak mungkin permohonan pasien dapat dipenuhi. Dengarkan penuh perhatian.
Contoh :
“ Jika Tuhan dapat  menundanya, saya akan ke gereja setiap minggu “
“ Apa anda ingin dikunjungi rohaniawan “ 
  1. 4.      DEPRESSION ( Depresi )
Terjadi ketika ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, dan putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun, serta merasa terlalu kesepian. Pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.
“ Ya, benar aku “
“ Saya selalu berjanji pada suami saya bahwa kita akan ke Eropa dan sekarang kita tidak akan pernah pergi lagi “
Ini biasanya merupakan satu waktu yang sedih. Pasien cenderung tidak banyak bicara dan mungkin sering menangis.
Perawat :
Perawat duduk dengan tenang di samping pasien. Hindari kata klise yang memperberat depresi pasien. Bersikaplah mengasihi dan mendukung. Biarkan pasien tahu bahwa ia boleh depresi.
Contoh :   
“ Semua yang terjadi benar-benar tidak masuk akal “
“ Saya mengerti anda sangat tertekan “
  1. 5.      ACCEPTANCE (Menerima )
Reaksi fisiologis menurun dan interaksi sosial berlanjut. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada obyek kehilangan mulai berkurang. K-R mendefinisikan ”penerimaan” lebih sebagai menghadapi situasi ketimbang menyerah untuk pasrah atau putus asa. Pada tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Pasien berusaha menyelesaikan urusan-urusan /tugasnya yang belum selesai dan mungkin tak ingin bicara lagi. K-R menyatakan : mencapai tahap ini tidak selalu berarti maut sudah dekat. Tahap ini bukanlah tahap pasrah berarti kekalahan.
“ Biarlah maut cepat-cepat mengambil aku, karena aku sudah siap”
Perawat :
Jangan menganggap bahwa hanya karena pasien telah menerima kenyataannya, bukan berarti ia tidak merasa takut atau tidakmemerlukan dukungan emosional. Dengarkan dengan penuh perhatian, dukung dan rawatlah.
Contoh :
“ Saya sangat kesepian “
“ Saya disini menemani anda. Apa anda ingin membicarakan sesuatu “

C. Fase Berduka menurut Rando [1993]
            Respons berduka dibagi menjadi 3 katagori, yaitu :
  • Penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan.
  • Konfrontasi, terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan dan kedukaan mereka yang dirakan paling dalam dan dirasakan paling akut.
  • Akomodasi, secara bertahap terjadi penurunan kedukaan akut. Klien belajar menjalani hidup dengan kehilangan mereka.

PERAN PERAWAT adalah
            Mengamati perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik.
           

MATI / MENINGGAL
                Berhentinya fungsi vital yang permanen, akhir penghidupan manusia

KEMATIAN BISA DATANG :
  • Tiba-tiba
  • Tanpa peringatan
  • Mengikuti periode panyakit yang panjang
  • Menyerang usia muda
  • Tetapi selalu menunggu usia tua
    
PERAWAT
  • Perawatan menjelang ajal
  • Perawatan posmorten

MEMPERSIAPKAN KEMATIAN :
  1. Setiap pasien bereaksi dengan cara yang unik
  2. Kepada siapa pasien ingin mengungkapkan perasaannya        keputusan yang sangat pribadi
  3. Perawat harus bersedia mendengarkan, tetapi jangan memperbesar masalah

PERAN PERAWAT :
  1. Respons harus konsisten
  2. 2.      Harus terbuka dan bersikap menerima       perasaan pasien dapat berubah-ubah
  3. 3.      Eksplorasikan perasaan dengan jujur
  4. 4.      Berikan asuhan keperawatan khususnya perawatan mulut dan masukan cairan
  5. 5.      Empati dalam melaksanakan tugas dengan cara tenang dan efisien
  6. 6.      Jika pasien dalam kondisi kritis persiapkansesuai dengan agamanya

INGAT  
          Peristiwa menjelang ajal adalah urusan yang bersifat pribadi, perjalanan yang harus
          diselesaikan seorang diri.
                                                     





PRIVASI dan PENDAMPINGAN HARUS DIBERIKAN PENUH
                                               
                                         
PENGKAJIAN

Kadangkala pasien dapat menyembunyikan perasaannya  yang sebenarnya tidak mau atau sebenarnya tidak mau menghadapi kenyataan. Pasien mungkin mengakui tidak takut dan berusaha kelihatan berani.








                 
                 PERAWAT HARUS SABAR, MENGAMATI DENGAN CERMAT
                 DAN MENDENGARKAN UNTUK MENGETAHUI PERASAAN-
                 PERASAAN MEREKA YANG SESUNGGUHNYA

ASSESSMENT

  1. 1.      Lost of muscle tone
  • Relaxation of facial muscle (eg. the jaw may sag)
  • Difficulty speaking
  • Difficulty swallowing and gradual of the gag reflex
  • Decreased activity of the GI Tract, with subsequent nausea, accumulation
of flatus, abdominal distention and retention of faeces, especially if narcotics or transquilizer are being administered
  • Possible urinary and rectal incontinence due decrease sphincter control
  • Diminished body movement
  1. 2.      Slowing of the circulation 
  • Diminished sensation
  • Mottling and cyanosis of the extremitas
  • Cold skin, first in the feet and later in the hands, ear, nose (the client, however, may feel warm because of elevated temperature)
  1. 3.      Changes in vital signs
  • Decelerated and weaker pulse
  • Decreased blood pressure
  • Rapid, shallow, irregular or abnormally slow respiration, noisy breathing, refered to as the death rattle, due to collecting of mucus in the throat, mouth breathing, which leads dry oral mucous membranes
  1. 4.      Sensory impairment
  • Blurred vision
  • Impaired sense of taste and smell

PERUBAHAN FISIK SAAT KEMATIAN MENDEKAT

  1. Pasien kurang responsive
  2. Fungsi tubuh melambat
  3. Pasien kehilangan control otot volunteer dan involunter
  4. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur (dari kaki – ujung kaki, pasien tampak menggembung)
  5. Pasien berkemih dan defekasi tidak sengaja ( pengosongan kandung kemih dan anus        sfingter relaksasi
  6. Rahang cenderung jatuh, otot-otot rahang dan muka mengendor dan wajah tampak damai
  7. Pernafasan tidak teratur (irregular) dan dangkal serta mungkin berbunyi keras (ngorok/ death rattle), nafas CHEYNE-STOKES
  8. Sirkulasi melambat : suhu biasanyan tinggi tapi pasien terasa dingan dan lembab (ekstremitas dingin, ujung hidung dingin dan kuping )
  9. Kulit tampak kebiru-biruan terutama tangan dan kaki, lemah dan pucat
  10. Denyut nadi mulai tidak teratur dan cepat serta melemah secara progresif
  11. Mata membelalak dan tidak berespons terhadap cahaya,setengah terbuka,dilatasi pupil
  12. Tekanan darah menurun, peredaran darah perifer terhenti
  13. Rasa nyeri hilang
  14. Kesulitan menelan
  15. Nausea dan pelan-pelan menolak makanan dan minuman
  16. Tidur bertambah lama dalam satu periode
  17. Pasien mungkin tidak sadar atau tetap sadar            sesuai tingkat kekuatan ingatan
  18. Pendengaran adalah indera terakhir yang hilang





                                                      

                                                         

             PERAWATAN SAMA DENGAN PASIEN YANG PUNYA
             HARAPAN UNTUK SEMBUH            KEBUTUHAN
                                      FISIK DAN EMOSI

TANDA-TANDA KEMATIAN :
  1. Nafas  -, nadi -, selama beberapa menit
  2. Bola mata membesar dan tidak berubah-ubah
  3. Ketiadaan segala refleks dan ketiadaan kegiatan otak         EEG flat dalam waktu 24 jam

TANDA-TANDA SETELAH KEMATIAN ;

  1. Pupil dilatasi permanent
  2. Panas tubuh hilang bertahap
  3. Pasien urinasi, defekasi/flatus
  4. Darah mengumpul pada area di bawah          diskolorasi ungu pada daerah tersebut
  5. Tubuh kaku (6 – 8 jam) disebut rigor mortis

Perubahan tubuh setelah meninggal disebut  MORIBUND

NURSING DIAGNOSIS

  1. Hopelesness related to abandonment, prolonged activity restriction creating,
Isolation, long term stress and  loss of spiritual belief

Characteristic
Mayor :
  • Passivity,decreased verbalization
  • Decreased affect
  • Verbal cues indicating despondency ( “ I can’t ,” sighing)
           Minor :
  • Lack of initiative
  • Decreased respons to stimuli
  • Turning away from speaker
  • Closing eyes
  • Shruging in respons to speaker
  • Decreased appetite
  • Altered sleep pattern
  • Lack of involvement in or passively allowing
     
  1. Powerlessness related to healthcare invironment, chronic or terminal illness,
Interpersonal interaction, treatment regimen, life style characterized by helplessness
Characteristic
Severe : 
  • Verbal expressions of having no control or influence over the situation
or outcome self-care
  • Depression over physical deterioration that occurs despite patient     
compliance with regimens
  • Apathy


          Moderate :
  • Non participation in care or decision making when opportunities are
provided
  • Expressions of  dissatisfaction and frustration over inability to perform
previous task and/or activitis  
  • Does not monitor progrerss
  • Expression of doubt regarding role performance
  • Reluctance to express true feeling, fearing alienation from caregivers
  • Inability to seek information regarding  care
  • Dependence of others inirritability, resentment, anger and guitt
  • Does not defend self-care practices when challenged
          Low
  • Passivety
  • Expressions of ancertainty abaut fluctuating energi laavels

Diagnosa Keperawatan :

1.  Keputusasaan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang memburuk

  1. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit terminal dan ketidak
                  mampuan hidup.

PERENCANAAN

KEBUTUHAN FISIK PASIEN MENJELANG AJAL

1. Jalan nafas tidak efektif
    *   Posisi fowler
    *   Suction
    *   Posisi lateral      tidak sadar
    *   O2   k/p
2.  Menurunnya perawatan diri : mandi/ kebersihan
     *   Mandi
     *   Ganti alat tenun
     *   Anjurkan ganti pakaian
     *   Perawatan mata dengan NaCl
     *   Perawatan mulut
3.   Gangguan mobilitas fisik
     *   Bantu pasien tidur selang seling teratur
     *   Tempat tidur diberi talang             gelisah
     *   Beri posisi tidur miring       cegah aspirasi dari saliva
     *   Tinggikan kaki bila duduk         cegah edema

4.   Nutrisi 
   *  Antiemetik
     *   IV / NGT          kalori tinggi dan vitamin
5.   Kekurangan cairan
     *   Anjurkan minum
     *    Kaji refleks menelan
6.   Perubahan eliminasi  BAK/BAB ( konstipasi, inkontinensia)
     *   Diet serat sesuai toleransi
     *   Laksansia bila diperlukan
     *   Perawatan kulit        inkontinensia
     *   Ganti alat tenun
     *   Kateterisasi / indwelling catheter
7.   Perubahan persepsi / sensori : visual
     *   Ruangan yang terang
     *   Bicara dengan jelas, jangan berbisik
     *   Hati-hati memilih pokok pembicaraan

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
  1. Membina hubungan saling percaya
  2. Komunikasi / mendengarkan apa yang dikatakan pasien
  3. Sentuhan tangan


DUKUNGAN SPIRITUAL
  1. Agama
  2. Kebudayaan

MEMBERI INFORMASI YANG AKURAT PADA PASIEN DAN KELUARGA

MEMBANTU PASIEN MENGATASI KETAKUTAN DARI :

  1. Ketidaktahuan
  2. Kehilangan keluarga dan teman-temannya
  3. Penderitaan dan nyeri
  4. Kehilangan control dan ketergantungan

PERAWAT  MENGANJURKAN KELUARGA UNTUK :

  1. Mengajak bercakap-cakap
  2. Membelai / sentuhan
  3. Putarkan lagu / musik kesukaannya atau siaran TV
  4. Membagi perasaan kehilangan dengan pasien

PERAWATAN LINGKUNGAN
            Di rumah sakit, klien menjelang ajal sering ditempatkan pada ruangan tersendiri. Klien menjelang ajal dapat mengalami kesepian yang mendalam. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
            Memberikan stimulasi lingkungan yang bermakna dengan menenangkan klien. Ruangan harus diberikan pencahayaan yang baik dan diatur menarik dan harus memberikan pandangan yang menstimulasi.

MEMBUAT PASIEN TETAP MERASA NYAMAN
            Bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan disstres psikobiologis. Perawat memberikan berbagai tindakan penenangan bagi klien. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.
            Higiene personal adalah bagian rutin untuk mempertahankan kenyamanan klien dengan penyakit terminal.Klien dan keluarga bergantung kepada perawat untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya.

PERAWATAN POSTMORTEN / MERAWAT JENAZAH

  1. Perlakukan tubuh sama dengan orang masih hidup
  2. Persiapkan jenazah secara keagamaan
  3. Tutup mata pasien
  4. Tempatkan pasien tidur berbaring pada tempat tidur dan beri bantal di bawah kepala  
PERAWATAN JENAZAH


A.  PENGERTIAN
  
      Perawatan tubuh setelah kematian,  disebut juga perawatan postmortem.

B.  TUJUAN
     
      Tubuh atau jenazah terawat dengan  baik.

C.  PERALATAN

  1.  Celemek / Skort
  2. Kain segitiga atau verban
  3. Bengkok
  4. Pinset anatomis
  5. Sarung tangan sekali pakai 1 pasang
  6. Baskom berisi air, waslap, sabun, dan handuk (alat-alat memandikan)
  7. Kapas
  8. Kain kafan atau kain bersih / laken
  9. Tempat pakaian kotor
10. Kartu pengenal

D.  PROSEDUR

  1. Menjelaskan kepada keluarga prosedur yang akan dilaksanakan
  2. Meenyiapkan lingkungan
  3. Bawa alat – alat ke dekat jenazah
  4. Perawat mencuci tangan, memakai sarung tangan dan memakai celemek
  5. Singkirkan semua peralatan, tube dan alat-alat lain yang dipakai pasien serta gigi palsu dan perhiasan pasien. Serahkan kepada keluarga dengan membuat bukti penyerahan nya
  6. Membuka pakaian jenazah
  7. Memandikan jenazah ( sama dengan pasien yang masih hidup) dan pakaikan pakaian sesuai dengan kepercayaan pasien
  8. Semua lubang di badan ditutup dengan kapas lembab dengan menggunakan pinset
  9. Pasang kembali gigi palsu di muluty pasien dan mata buatan (kalau ada)
  10. Rahang dirapatkan dengan mengikat menggunakan kain segitiga atau verban dan dagu diganjal dengan handuk atau bantal kecil
  11. Tutup mata dengan memegang bulu mata . Letakkan bola kapas basah di setiap kelopak mata, jika mata tidak menutuo.
  12. Atur posisi tangan pasien sesuai dengan kepercayaannya.
  13. Tutup jenazah dengan kain kafan
  14. Isi kartu pengenal dan ikatkan , satu ikatkan pada ibu jari  kaki kanan , satu di baju  dan satu di laci kamar jenazah
  15. Bawa jenazah ke kamar jenazah setelah 2 jam.
16.Bersihkan alat – alat
17.Buka sarung tangan dan cuci tangan
18. Dokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan jenazah, misal : Nama, Jam kematian, alamat, penyerahan perhiasan pasien, dan lain -lain
   


















































ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL PADA KLIEN MENJELANG AJAL

A.    Data Demografi

a)      Biodata klien
1.      Nama                                : Ny. B
2.      Usia                                  : 35 tahun
3.      Jenis Kelamin                   : Perempuan
4.      Bahasa Dominan              : Sunda
5.      Status Perkawinan           : Menikah
6.      Alamat                             : Tawang Kulon, Tasikmalaya
7.      Tanggal Masuk                 : 10 Maret 2011
8.      Tanggal Pengkajian          : 12 Maret  2011
9.      Ruang Rawat                   : R.3
10.  Nomor Rekam Medik      : 130809
11.  Diagnosa Medis               : Ca. Rahim
12.  Riwayat Alergi                 : -
13.  Diet                                  : TKTP           

b)      Penanggung jawab
1.      Nama                                :Tn. P
2.      Usia                                  :40 tahun
3.      Jenis Kelamin                   :Laki-laki
4.      Pekerjaan                          :Wiraswasta
5.      Hubungan dengan klien   :Suami

B.     Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur  memikirkan perdarahan yang banyak dari vaginanya.

C.     Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik
1.      Fisik
a.       Berat Badan                : 47 kg
b.      Tinggi badan               : 156 cm
c.       Tanda-tanda vital        : TD: 100/70mmhg, RR: 16 x/menit, Nd: 40x/menit, T: 370C

2.      Riwayat Pengobatan Fisik
Klien sudah pernah berobat ke Puskesmas dan Pengobatan Alternatif.

D.    Faktor Predisposisi
Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.

E.     Faktor Presipitasi
Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat ke Rumah Sakit. Klien mengatakan berat badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.

F.      Masalah Keperawatan
Cemas kematian

G.    Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas klien berat ditandai dengan :
a.       Klien tampak sedih yang mendalam
b.      Klien tampak cemas
c.       Klien tampak pucat
d.      Klien terus menanyakan
e.       Klien tampak murung

H.    Riwayat Keluarga
Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluarga selama 10 tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belum pernah ada permasalahan besar dalam keluarganya. Selain itu, klien mengatakan bahwa keluargnya selalu malakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.

I.       Riwayat Sosial

a.       Pola sosial
Menurut suami klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah. Peran serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain klien mengaku tidak mengalami kesulitan.
b.      Obat –obatan yang Dikonsumsi
Klien mengaku  pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini klien juga mengkonsumsi  vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.
c.       Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi  kecemasannya.

J.       Status Mental dan Emosi
·         Penampilan
Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
·         Tingkah laku
Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya.  Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.
·         Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.
·         Mood dan Afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluh akan keadaannya.
·         Proses Pikir
Dalam proses pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah mengalami kematian.
·         Persepsi
Klien  mengalami penurunan perhatian
·         Kognitif
(a)    Orientatif realita
-          Waktu  :
-          Tempat :
-          Orang :
-          Situasi :
(b)   Memori
Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas








K.    POHON MASALAH

Ketakutan menghadapi         Nutrisi kurang dari kebutuhan     Istirahat tidak terpenuhi     
kematian                             


























Ansietas Berat

















       Gangguan pemenuhan nutrisi            Gangguan pola tidur


                  Ca. Rahim

L.     Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1.      Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial
Tujuan :
Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit terminal
Intervensi :
·         Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika dibutuhkan klien dan gali perasaan klien.
·         Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.
·         Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan menjelang.
·         Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di dekatnya.
·         Perhatikan kenyamanan fisik klien.







2.      Kehilangan harga diri
Tujuan :
Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan martabat klien
Intervensi :
·         Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.
·         Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain.
·         Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi.
·         Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan melakukan hal – hal yang disenangi klien.
·         Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal perawatan.

3.      Depresi
Tujuan :
Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian.
Intervensi :
·         Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain-lain.
·         Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa yang dirasakan klien.
·         Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.
·         Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti penderitaan, kematian dan sekarat.
·         Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu.
·         Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag pengalaman-pengalaman klien yang menyenangkan.

4.      Cemas, ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas.
Tujuan :
Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup.

Intervensi :
·         Kaji tingkat kecemasan klien.
·         Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.
·         Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan pengobatan.
·         Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
·         Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.
·         Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal dengan menarik nafas dalam.
·         Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.
·         Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.

5.      Koping individu tidak efektif, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, menghindari kontak sosial.
Tujuan :
Koping individu positif
Intervensi :
·         Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.
·         Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
·         Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
·         Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
·         Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.
·         Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum menjelang ajal.
·         Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar