ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN PENYAKIT TERMINAL
(KETERGANTUNGAN NAPZA)

Kelompok
4
:
1.
Meilinda
Pratika Sari
2.
M.Agung
Setiyadi
3.
Namira Handayani
4.
Novia Fidiarti
5.
Odilia Desti Puspasari
6.
Oktavianti
7.
Rahmad Hidayat
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2014
A.
KASUS
Tn.
A (24 tahun) sudah dari umur 17 tahun memakai obat-obatan terlarang berjenis
shabu-shabu. Klien mengatakan pada awalnya dia hanya ingin tau dan coba-coba
namun dia merasa ketergantungan dengan shabu-shabu. Keluarga sudah 2 kali
membawa Tn. A ke panti rehabilitasi untuk mendapat pengobatan. Biasanya setelah
menjalani rehabilitasi klien berhenti menggunakan shabu-shabu. Akan tetapI
tidak lama dari itu klien kembali menggunakan shabu-shabu. Keluarga mengatakan klien mencoba
bunuh diri apabila permintaan akan shabu-shabunya tidak dipenuhi oleh
keluarga.Klien mengalami depresi berat apabila tidak menggunakan shabu-shabu.
B.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
1. Nama :
Tn. A
2. Tempat, tanggal
lahir :
Kedaton, 11 Januari 1988
3. Jenis kelamin :
Laki-laki
4. Kewarganegaraan :
Warga Negara Indonesia
5. Pendidikan terakhir
: 2 SMA
6. Agama : Islam
9. Usia saat pertama
kali menikah : Belum
Menikah
10. Status tempat
tinggal saat ini
: Bersama orangtua
11. Pekerjaan sebelum
masuk RS : Bandar,
Karyawan Toko Keluarga
12. Anggota keluarga yang memakai NAPZA : Tidak ada
13. Jenis zat yang pernah dipakai keluarga :
Tidak ada
14. Daftar anggota
keluarga : Anak
ke 4 dari 5 bersaudara
II. RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Klien masuk ke rumah sakit diantar oleh keluarganya
pada tanggal 20 Oktober 2014 dengan
keluhan klien ingin melakukan usaha bunuh diri. Klien merasa sangat depresi karena
tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak menggunakan shabu-shabu.
III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan sejak umur 17 tahun sudah menggunakan
shabu-shabu. Klien pernah mengalami kecelakaan motor satu bulan yang lalu.
IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga klien yang menggunakan
shabu-shabu.
V. POLA HIDUP
1. Mandi : 3
kali / hari
2. Tidur siang : jam 13.30
– 15.00
3. Jam tidur malam : 21.30 WIB
4. Jam terbangun di pagi
hari : 05.00 WIB
5. Aktivitas harian sebelum
masuk RS : Bangun tidur, nyabu, tidur, nyabu, tidur, main
6. Aktivitas harian setelah
masuk RS : Bangun, tidur, mandi, sholat, ngerokok, nonton tv, makan,
7. Makan :
3 kali / hari
8. Makanan selingan : 1 kali / hari
9. BAB (buang air besar) : 1 kali / hari
10. BAK (buang air kecil) : 3 kali / hari
VI. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
1. Pemeriksaan status mental
: Terorientasi
2. Penampilan keseluruhan : Rapi dan Bersih
3. Gangguan pola piker : Tidak ada
4. Mood/alam perasaan : Sesuai
5. Riwayat keluarga :
a.
Komunikasi :
Tertutup
b. Mekanisme koping keluarga : Adaptif
VII. KONSEP DIRI
a.
Gambaran
diri/Citra tubuh : Klien merasa dirinya biasa saja. Klien merasa menjadi tidak
percaya diri setelah dibotaki,. Tubuhnya sekarang semakin gemuk dan tidak bagus
b.
Ideal
diri : Klien mengatakan seharusnya dirinya lulus sekolah dan melanjutkan kuliah
lalu bekerja, namun sekarang dirinya menjadi tidak seperti yang diharapkan
c.
Peran
: Klien merasa perannya sebagai anak sudah terpenuhi, namun dirinya terkadang
bertengkar dengan ibu jika ada beberapa masalah yang tidak sesuai dengan
dirinya.
d.
Harga
diri : Beberapa pencapaian yang tidak ia dapati selama ini, misalnya
menyelesaikan sekolah, membuat klien merasa sedikit minder
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 89 / menit
RR : 20 / menit
Suhu :
36,8 oCelcius
IX. RENCANA
TERAPI
a.
Farmakoterapi
: N5000 1X1, Cipralex 10mg + Abilify 2,5mg 1X1, Mersipropil 400mg 1X1, vitamin
C. 1X1, B.Complex 3X1
b. Terapi non farmakologi: -
X. RENCANA
KEGIATAN
a. Terapi aktivitas kelompok tentang: Penyuluhan
HIV/AIDS, HEP.C, TBC
b. Konseling tentang: Tumbuh kembang usia remaja
c. Pendidikan kesehatan tentang: Penyuluhan HIV/AIDS,
HEP.C, TBC, bahaya NAPZA jangka panjang
XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Koping individu tidak efektif
2.
Risiko bunuh diri
3.
Berduka
C.
ANALISA DATA
DATA
|
MASALAH
|
Data Subjectif :
·
Klien
menggunakan percobaan bunuh diri
·
Percobaan
bunuh diri dilakukan di kamar klien.
·
Di ruangan
perawat klien menangis dan marah-marah meminta pulang.
Data Objectif :
·
Tampak sayatan
di pergelangan tangan klien
|
Resiko bunuh diri
|
D.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI
TUJUAN
|
KRITERIA EVALUASI
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
TUM :
Klien tidak akan
membahayakan
dirinya sendiri secara
fisik
TUK :
1. Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
2. Klien tidak akan
melakukan
aktivitas yang
mencederakan
dirinya
3. Klien akan
mengidentifikasikan
aspek-aspek positif
yang ada pada
dirinya
4. Klien akan
mengimplementasik
an dua respons
protektif diri yang adaptif
5. Klien akan
mengidentifikasi
dua sumber
dukungan sosial
yang bermanfaat
|
Setelah 2 kali interaksi klien
menunjukkan tanda-tanda
percaya kepada perawat :
· Ekspresi wajah
bersahabat.
· Menunjukkan
rasa
senang.
· Ada kontak
mata.
· Mau berjabat
tangan.
· Mau
menyebutkan nama.
· Mau menjawab
salam.
· Mau duduk
berdampingan dengan
perawat.
· Bersedia
mengungkapkan
masalah yang dihadapi
· Klien dapat
mengurangi
ancaman terhadap
integritas fisik atau sistem
diri klien dalam sifat,
jumlah, asal, atau waktu
· Klien dapat
menyebutkan
aspek positif yg dimiliki
klien, keluarga,
lingkungan serta
kemampuan yang
dimiliki klien
· Klien dapat
menyebutkan
dan
mengimplementasikan
dua mekanisme koping adaptif yang efektif bagi
diri sendiri guna
mencegah perilaku
mencederai diri sendiri
secara fisik
Klien dapat menyebutkan
dua sumber dukungan
sosial yang bermanfaat
guna mencegah perilaku
mencederai diri sendiri
|
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
· Sapa klien
dengan ramah baik verbal
dan non verbal.
· Perkenalkan
nama, nama panggilan dan
tujuan perawat berkenalan.
· Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien.
· Buat kontrak
yang jelas.
· Tunjukkan
sikap jujur. dan menepati
janji setiap kali interaksi.
· Tunjukkan
sikap empati dan menerima
apa adanya.
· Beri perhatian
pada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
· Tanyakan
perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
· Dengarkan
dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien.
· Observasi
dengan ketat
· Pindahkan
benda yang berbahaya
· Siapkan
lingkungan yang aman
· Berikan
kebutuhan fisiologik dasar
· Kontrak untuk keamanan jika tepat
· Pantau pengobatan
· Identifikasi
kekuatan-kekuatan klien
· Ajak klien
untuk berperan serta dalam
aktivitas yag disukai dan dapt
dilakukannya
· Dukung
kebersihan diri dan keinginan
untuk berhias
· Tingkatkan
hubungan interpersonal
yang sehat
· Permudah kesadaran, penamaan, dan
ekspresi perasaan
· Bantu pasien
mengenal mekanisme
koping yang tidak sehat
Identifikasi alternatif cara koping
Beri imbalan untuk perilaku koping
yang sehat
Bantu
orang terdekat untuk
berkomunkasi secara konstruktif dengan
klien
Tingkatkan
hubungan keluarga yang
sehat
Identifikasi
sumber komunitas yang
relevan
Prakarsai
rujukan untuk menggunakan
sumber komunitas
|
Bila sudah terbina hubungan
saling percaya diharapkan klien
dapat kooperatif, sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan baik.
· Prioritas
tertinggi yang diberikan
pada aktivitas penyelamatan
hidup pasien
· Perilaku
pasien harus diawasi
sampai kendali diri memadai
untuk keamanan
Perilaku bunuh diri
mencerminkan depresi yang
mendasar dan terkait dengan
harga diri rendah serta
kemarahan terhadap diri sendiri
Mekanisme koping maladaptif
harus diganti dengan yang sehat
untuk mengatasi stres dan
ansietas
Isolasi
sosial menyebabkan
harga diri rendah dan depresi,
mencetuskan perilaku destruktif
terhadap diri sendiri
|
E. IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI
NO
|
IMPLEMENTASI
|
JAM
|
PARAF
|
EVALUASI
|
JAM
|
PARAF
|
1.
|
Tgl : 21 Oktober 2014
Data : Klien terlihat depresi
Diagnosa : Resiko Bunuh diri
Tindakan :
1.
Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2.
Mengajak klien untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukainya
3.
Membantu orang terdekat untuk berkomunikasi secara kontruktif dengan
klien
|
08.00
|
![]()
Ns. Odilia
|
S : Klien mengatakan percobaan bunuh diri adalah
cara yang tepat karna klien tidak mengerti harus bagaimana lagi
O : klien tampak sedih
A : teratasi sebagian
P : observasi ketat terkait percobaan bunuh diri
|
08.15
|
![]()
Ns.
Odilia
|
2.
|
Tgl : 21 Oktober 2014
Data : Klien terlihat depresi
Diagnosa : Resiko Bunuh diri
Tindakan :
1.
Menunjukan sikap empati dan memerima apa adanya
2.
Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
3.
Membantu pasien mengenal mekanisme kopping yang tidak sehat
|
09.00
|
![]()
Ns. Melinda
|
S : Klien mengatakan mencoba bunuh diri dengan
menggesekkan pergelangan tangannya ke daun pintu
O : terlihat sayatan di pergelangan tangan klien
A : teratasi sebagian
P : lanjutkan diskusi cara mencapai harapan dan masa
depan dan menemani klien melewati fase depresi.
|
09.15
|
![]()
Ns. Melinda
|
3.
|
Tgl : 21 Oktober 2014
Data : Klien terlihat depresi
Diagnosa : Resiko Bunuh diri
Tindakan :
1.
Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2.
Membantu pasien mengenal mekanisme kopping yang tidak sehat
|
09.40
|
![]()
Ns. Novia
|
S : klien mengatakan menyesal telah menggunakan
NAPZA dan memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik dan dapat keluar dari
rumah sakit
O : klien mulai mengikuti dengan baik program
rehabilitasi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi diagnose resiko bunuh diri
|
10.00
|
![]()
Ns. Novia
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar