KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
REGULER 2 / TINGKAT II
KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
1. RENDHY H. S (13200073)
2. SANTY ANGGRAINI (13200074)
3. SINTA WULANDARI (13200075)
4. SUNDARI YUNINGSIH (13200076)
5. TRI AYU APRINA PUTRI (13200077)
6. WAYAN AGUS HANDA S (13200078)
7. YOGI PANJI WIBOWO (13200079)
8. YOLA TRIANTIKA (13200080)
KEMENTERIAN KESEHATANPOLITEKNIK
KESEHATAN TANJUNG
KARANG JURUSAN
DIII KEPERAWATANTANJUNG KARANG
TAHUN 2014/215
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL DAN MENJELANG
AJAL” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia II di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Bandar
Lampung, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah....................................................................................... 2
C.Tujuan
.............................................................................................................3
BAB
II PEMBAHASAN
1.1. LP
Askep Pada Pasien Terminal
A.Kondisi
Terminal.................................................................................. ..4
B.Tujuan
Aplikasi Caring Pada Pasien Menjelang Ajal........................ 6
C.Aplikasi
Caring Pada Pasien Menjelang Ajal.................................... 6
D.Diagnosa
Keperawatan........................................................................ 11
E.Perencanaan
Keperawatan.................................................................. 12
BAB
III TINJAUAN KASUS
1.2. Askep
Psikososial Menjelan Ajal
A. Pengkajian.............................................................................................. 13
B. Diagnosa
Keperawatan........................................................................ 16
C. Intervensi
Keperawatan........................................................................ 18
D. Implementasi
Keperawatan.................................................................. 24
E. Evaluasi................................................................................................. .26
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
......................................................................................... 28
B. Saran.................................................................................................... 29
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berjumpa dengan pasien yang menderita
karena Terminal Ilness (penyakit yang tidak tersembuhkan),
merupakan hal yang umum bagi dokter yang merawat pasien lanjut usia
(lansia). Meskipun hal itu umum, namun tugas untuk menangani orang yang
sedang meninggal (menjelang ajal, sakaratul maut, sekarat, dying)
tidak mudah. Tantangan dan stress bagi dokter memang berbeda; sama-sama
beratnya, baik telah lama merawat pasien itu atau belum.Kebanyakan dokter tidak
memiliki pendidikan formal yang langsung berkaitan dengan filosofi atau
penomenologi derita manusia, atau sangat sedikit pelatihan menangani pasien
menjelang ajal. Biasanya, pengalaman konkret merawat pasien menjelang ajal
diperoleh ketika dilakukan koas. Namun refleksi mendalam atas kasus terminal
illness dan pendidikan formal sangat jarang. Pendidkan dokter dan perawat pada
umumnya tetap terpusat pada penyembuhan, memperpanjang hidup, dan memulihkan.
Agaknya, fungsi utama pertolongan medis tetap menghilangkan penderitaan.
Meskipun “perawatan manusia utuh” sudah
didengungkan, paradigma Cartesian yang memisahkan jiwa dengan raga tetap
menguasai pelatihan klinis dokter. Penderitaan, dianggap sebagai “sakit
fisik:”. Bahkan dengan wacana, fisik pun, dalam teori dan praktik menangani
derita atau berbgai sumber-sumber lain, derita menjelang ajal (dema) memang
sangat langka dalam buku dan kurikulum kedokteran dan keperawatan. Padahal demi
kesejahteraan optimal pasien dan kemantapan pelayanan medis, sesungguhnya
pendekatan dan penanganan pasien terminal harus didahului dengan pendidikan dan
pelatihan yang memadai.Banyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian,
meliputi definisi dasar dari titik yang aktual dimana seseorang dipertimbangkan
meninggal. Hukum mengidentifikasi kematian terjadi ketika ada penurunan fungsi
otak yang hebat, selain fungsi organ yang lainnya. Ketika klien tidak
mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencoba menyalamatkan hidup
mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan versus penyembuhan. Pada
situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal yang
khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang
meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal
dapat membahayakan emosional bagi orang yang selamat. Asuhan keperawatan klien
dengan penyakit terminal sangat menuntut dan menegangkan.
Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk
meraih kembali martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar
keperawatan. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang jal dan
mengintervensi dalam cara meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal
harus dirawat dengan respek dan perghatian. Peningkatan Kenyamanan bagi klien
menjelang ajal termasuk pengenalan dan peredaan distres psikobiologis. Perawat
memberi berbagai tindakan penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri
terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan
fungsi psikologis. Higiene personal adalah bagian rutin dari mempertahankan
kenyamann klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantu
ng pada perawat atau keluarganya untuk pemunuhan kebutuhan dasarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
kondisi pasien saat menjelang ajal?
2. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal?
3. Apa saja tujuan
aplikasi caring pada pasien menjelang ajal?
4. Bagaimana aplikasi
caring pada pasien menjelang ajal?
5. Bagaimana
diagnosa pada pasien menjelang ajal?
C.TUJUAN
1. Mahasiswa
mampu mengetahui kondisi pasien saat menjelang ajal
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan dan memahami tujuan aplikasi caring pada
pasien menjelang ajal
4. Mahasiswa
mampu mengaplikasi caring pada pasien menjelang ajal
dalam lapangan praktik
5. Mahasiswa
mampu mengerti dan memahami diagnosa pada pasien menjelang ajal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi
individu. Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan
jaminan terakhir kehidupan, yang bertujuan:
1. Mempertahankan hidup
2. Menurunkan stress
3.
Meringankan dan mempertahankan
kenyamanan selama mungkin.
Secara umum, kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang dialami
oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan
nyeri dan takut, tidak hanya pasien, akan tetapi juga keluarganya, bahkan
padamereka yang merawat dan mengurusnya. Manifestasi klinik dari klien
menjelang ajal, antara lain:
a. fisik
·
Gerakan penginderaan menghilang
secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan ujung jari
·
Aktivitas dari GI berkurang
·
Reflek mulai berkurang
·
Suhu klien biasanya tinggi, tapi
klien merasa kedinginan
·
Denyut tidak teratur dan lemah
·
Penglihatan mulai kabur
·
Klien dapat tidak sadarkan diri
b. Psikososial
·
Respon kehilangan
Rasa takut diungkapkan dengan
ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan
·
Cemas diungkapkan dengan cara
menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor
·
Rasa sedih diungkapkan dengan
mata setengah terbuka atau menangis
·
Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat
ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungansecara interpersonal serta
akibat penolakan.
Elizabeth Kubler Ross menggambarkan 5 tahap menjelang kematian, yaitu:
1. Denial (Tahap Kejutan Dan Denital)
Adalah ketidakmampuan menerima kehilangan untuk membatasi atau
mengontrolnyeri dan distress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap denial
yaitu:
a.
Tidak percaya diri
b.
Shock
c.
Mengingkari kenyataan akan
kehilangan
d.
Selalu membantah dengan
perkataan baik
e.
Diam terpaku
2. Tahap Anger (marah)
Adalah kekesalan terhadap kehilanganGambaran pada tahap anger yaitu:
a.
Klien marah-marah
b.
Nada bicara kasar
c.
Suara tinggi
3. Tahap tawar menawar atau bargaining
Adalah cara koping dengan hasil-hasil yang mungkindari penyakit
danmenciptakan kembali tingkat kontrol.Gambaran pada tahap ini yaitu:
a.
Sering mengungkapkan kata-kata
kalau, andai
b.
Sering berjanji pada Tuhan
c.
Mempunyai kesan mengulur-ulur
waktu
d.
Kemarahan mereda
4. Tahap Depresi
Adalah ketiadaan usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan reaksi
ataureaksi kehilangan.Gambaran pada tahap ini, yaitu:
a.
Klien tidak banyak bicara
b.
Sering menangis
c.
Putus asa
5. Tahap acceptance atau
menerima
Adalah akhirnya klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran
pada tahap ini yaitu:
a.
Tenang/damai
b.
Mulai ada perhatian terhadap
suatu objek yang baru
c.
Berpartisipasi aktif
d.
Tidak mau banyak bicara
e.
Siap menerima maut
f.
Tidak semua orang dapat
melampaui kelima tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi ketidak mampuan
menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk reaksilain. Jangka waktu periode
tahap tersebut juga sangat individual.
B. Tujuan Aplikasi Caring pada Klien
Menjelang Ajal
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah
keluarga,kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya.
Untuk menghindari hal di atas, bukan hanya keluarganya saja yang berduka,
bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.
Tujuan
aplikasi caring pada klien menjelang ajal adalah:
1. Memberikan perasaan tenang dan tentram kepada klien dalam menghadapimaut
dengan memberikan bantuan fisik dan spiritual sehingga meringankan
penderitaannya.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian.
C. Aplikasi
Caring pada Klien Menjelang Ajal
Asuhan keperawatan klien dengan penyakit terminal sangat menuntut
danmenegangkan. Namun demikian, membantu klien menjelang ajal untuk meraih
kembali martabatnya dapat menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan.
Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang jal dan mengintervensi dalam
carameningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus dirawat dengan
respek danperhatian.
Secara umum,
pengaplikasian caring pada klien
menjelang ajal berupa:
1. Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaandistres psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan
bagi kliensakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri
mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Higiene
personal adalah bagian rutin dari mempertahankan kenyamann klien dengan
penyakit terminal. Klien mungkin padaakhirnya bergantung pada perawat atau
keluarganya untuk pemunuhan kebutuhan dasarnya.
2. Pemeliharaan Kemandirian
Sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin
mapandiri. Mengizinkan klien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi dan
makanakan mempertahankan martabat dan rasa makna diri. Ketika klien tidak
mampusecara fisik untuk melakukan perawatan diri, perawat dapat memberikan
dorongandengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontroldiri
pasien. Perawat mencari isyarat non-verbal yang menunjukan
ketidakinginanberpartisipasi dalam perawatan. Perawat tidak boleh memaksakan
partisipasi, terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partsipasi
menjadi sulit.
3. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawatmengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Klien menjelang ajal tidak harus
secara rutin ditempatkan dalam ruang tersendiri di lokasi yang sangat
jauh.Klien merasakan keterlibatan ketika dirawat bersama dan memperhatikan
aktivitasperawat. Klien menjelang ajal dapat merasa sangat kesepian terutama
pada malamhari dan mungkin merasa lebih aman jika seseorang tetap menemaninya
di smpingtempat tidur. Perawat harus mengetahui cara menghubungi kondisi
anggota keluarga jika kunjungan diperlukan atau kondisi klien memburuk.
Klien harus ditemani olehseseorang ketika terjadi kematian. Perawat tidak boleh
merasa bersalah jika tidak dapat selalu memberikan dukungan ini. Perawat
harus mencoba untuk beradabersama klien menjelang kematian ketika diperlukan
dan memperlihatkan perhatiandan keharuan.
4.
Peningkatan Ketenangan Spiritual
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedarkunjungan rohaniawan. Perawat dapat memberi dukungan kepada klien
dalammengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering
mencariketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan
denganhidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkandan
mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan. Perawatdan
keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakanketerampilan
komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien, membacaliteratur yang
memberi inspirasi, dan memainkan musik.
5. Dukungan untuk Keluarga yang Berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dankematian
dari orang yang mereka cintai dan, waktu yang bersamaan, siap sedia
untuk memberikan dukungan. Perawat harus mengenali nilai anggota keluarga
sebagaisumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang
ajal.
Banyak hal yang bisa dilakukan
oleh perawat dalam mempersiapkan klien,antara lain:
a. Fase Denial
1) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan danciptakan
suasana tenang.
2) Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinyadengan
menanyakan kepada klien apa yang dipersepsikannya tentangkehidupan setelah mati.
3) Tanyakan tentang pengalaman klien menghadapi kematian yangdiketahui klien,
tanyakan apa saja ketakutan yang dihadapi proseskematian.
4) Menganjurkan klien untuk tetap diam dalam pertahanan dengan
tidak menghindar dari situasi sesungguhnya.
b. Fase Anger
1) Pertahankan sentuhan fisik dan suaa tenang dan juga rahasia klien
2) Membicarakan klien untuk mengekspresikan keinginan, apa yang dansedang
terjadi pada mereka
3) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injury
c. Fase Bargaining
1) Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yangbermakna.
2) Dengarkan klien saat berscerita tentang hidupnya mengenai apa yang
diperolehnya, kesukaan dan kegagalannya, kesenangan dan keputusan yang
dialaminya.
d. Fase Depresi
1)
Beri kenyataan emosional yaitu
dengan memberikan sentuhan dan ciptakan lingkungan yang tenang
2)
Perlakuan klien dengan sabar,
penuh perhatian dan tetap realitas
3)
Kaji pikiran dan perasaan serta
persepsi klien, jika salah pengertianharusnya diklarifikasi
4)
Untuk klien yang tidak mau
berkomunikasi secara verbal, tetapberikan supporte.
e. Fase Acceptance
1)
Bina hubungan saling percaya
sehingga klien akan terbuka,menanyakan dan mengklarifikasikan alternatif
pemecahan masalahbila klien di diagnosa penyakit terminal
2)
Identifikasikan dengan siapa
klien ingin bicara terbuka, beri tahukeluarga untuk menghadapi masalah regresi
yang akan terjadi
3)
Bantu klien memperoleh dan
membertitahukan kualitas hidup jikamungkin
4)
Bantu klien dalam mengatur waktu
agar merasa kepuasan dalam hidupmereka
5)
Pertahankan hubungan klien
dengan orang-orang tedekat
6)
Bantu klien dalam mendapatkan
informasi dan apa yang dapat klienlakukan dengan informasi yang diberikan
olehnya
7)
Berikan jawaban terbuka dan
jujur terhadap semua pertanyaan yangdiajukan klien
8)
Tetap merespon dan mencari tahu
bagaimana klien menerima informasi sebelum mereka mencari kolaborasi lebih
jauh.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien yang sedang dalam keadaan
terminal, perawat harus memperhatikan hak-hak pasien berikut ini:
1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba
2. Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi
3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya apapun yang
terjadi
4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang
sedang dihadapinya
5. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatan
6. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara
berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan
memberikan rasa nyaman
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya
11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan
yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut
13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi
orang lain
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah
yang bersangkutan meninggal
15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang
dapatmengerti kebutuhan dan kepuasan dalam mnghadapi kematian.
D. Diagnosa
Keperawatan
1. Ancietas /
cemas berhubungan dengan rasa takut
2. Isolasi
sosial berhubungan dengan menarik diri
3. Perubahan
rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional
4. Depresi
berhubungan dengan keadaan fisik yang bertambah parah dan kunjungan keluarga
yang tidak teratur
5. Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan denial
6. Tidak
efektifnya koping individu berhubungan dengan rasa takut
7. Tidak
efektifnya koping keluarga berhubungan
dengan denial
8. Perubahn
proses keluarga berhubungan dengan kehilangan anggota keluarga
9. Takut (
kamatian atau katidaktahuan ) berhubungan dengan tidak memprediksi masa depan.
10. Antisipasi
berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan..
11. Disfungsi
berduka berhubungan dengan kehilangan
12. Putus
harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
13. Potensial
self care defisit berhubungan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang
lain tentang perawtan
14. Gangguan
self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
15. Dystress
spiritual
E. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tujuan
perawatan pada klien terminal :
1. Membantu
klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2. Membantu
keluarga memberi support pada klien
3. Membantu
klien dan keluarga untuk menerima perhatian
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL PADA KLIEN MENJELANG AJAL
A. PENGKAJIAN
I. Data Demografi
a) Biodataklien
1. Nama
: Ny. B
2. Usia
: 35 tahun
3. Jenis
Kelamin
: Perempuan
4. Bahasa
Dominan
: Sunda
5. Status Perkawinan
: Menikah
6. Alamat
: TawangKulon, Tasikmalaya
7. Tanggal
Masuk
: 10 Maret 2011
8. Tanggal
Pengkajian : 12 Maret 2011
9. Ruang
Rawat
: R.3
10. Nomor Rekam
Medik : 130809
11. Diagnosa
Medis
: Ca. Rahim
12. Riwayat
Alergi
: -
13. Diet
: TKTP
b) Penanggungjawab
1. Nama :Tn. P
2. Usia :
40tahun
3. JenisKelamin :Laki-laki
4. Pekerjaan :Wiraswasta
5. Hubungandenganklien :Suami
II. Keluhan
Utama
Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa
tidur memikirkan perdarahan yang
banyakdarivaginanya.
III.
Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik
1. Fisik
a. Berat
Badan
: 47 kg
b. Tinggi badan
: 156 cm
c. Tanda-tanda
vital : TD: 100/70mmhg,
RR: 16x/menit,
Nd: 40x/menit,
T: 370C
2. Riwayat
Pengobatan Fisik
Klien sudah pernah berobat kePuskesmas dan Pengobatan Alternatif.
IV.
Faktor Predisposisi
Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.
V. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat keRumahSakit. Klien mengatakan berat badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.
VI.
Masalah
Keperawatan
Cemas kematian
VII.
Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas klien beratditandai dengan :
a. Klien tampak
sedih yang mendalam
b. Klien tampak
cemas
c. Klien tampak
pucat
d. Klienterusmenanyakan
e. Klientampakmurung
VIII.
Riwayat Keluarga
Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluarga selama 10 tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belum pernah ada permasalahan besar dalam keluarganya. Selain itu, klien mengatakan bahwa keluargnya selalu malakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.
XI. Riwayat Sosial
a. Pola sosial
b. Menurut suamiklien, klienmerupakanseorangpribadi yang
terbukadanramah.Peran serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat.
Dalam melakukan hubungan dengan orang lain klien mengaku tidak mengalami
kesulitan.
c. Obat –obatan
yang Dikonsumsi
d. Klien
mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini
klien juga mengkonsumsi vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.
e. Klien
mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk
mengatasi kecemasannya.
f. Status
Mental dan Emosi
Penampilan
Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya. Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.
Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.
Mood dan Afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluh akan keadaannya.
Proses Pikir
Dalam proses
pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah mengalami kematian.
Persepsi
Klien
mengalami penurunan perhatian
Kognitif
(a) Orientatif realita
-
Waktu :
-
Tempat :
-
Orang :
-
Situasi :
(b) Memori
Klien mampu
mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera menjawab pertanyaan
tersebut dengan jelas
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Ansietas/
ketakutan (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang
behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan
proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan
hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat
perawatan ).
4. Resiko
terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
ü KRITERIA
HASIL
a) Klien
atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan
ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan
pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal , tanggung jawab
peran dan gaya hidup.
b) Klien
akan :
1. Mengungkapkan
kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapkan
perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan
kematian akan terjadi.
Anggota
keluarga akan Mempertahankan hubungan erat yang efektif,
yang dibuktikan dengan cara berikut:
1. Menghabiskan
waktu bersama klien.
2. Memperthankan
kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
3. Berpartisipasi
dalam perawatan.
c) Anggota
keluarga atau kerabat terdekat akan:
1. Megungkapkan
akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan
kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan.
3. Melaporkan
fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
d) Klien
akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan mempengaruhi penerimaan
terhadap ancaman kematian
C. Intervensi
Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang
berhubungan dengan situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
- Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
- Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Bantu klien untuk mengurangi
ansietasnya :
a. Berikan kepastian
dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan tentang
pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan
c. Dorong klien untuk
mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya
d. Identifikasi
dan dukung mekanisme koping efektif
|
Klien yang cemas mempunyai
penyempitan lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk
belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada
lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
|
2
|
Kaji tingkat ansietas klien :
rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
|
Beberapa rasa takut didasari oleh
informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi
akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.
|
3
|
Dorong keluarga dan teman untuk
mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka.
|
Pengungkapan memungkinkan untuk
saling berbagi dan memberiakan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak
benar.
|
4
|
Berikan klien dan keluarga
kesempatan dan penguatan koping positif.
|
Menghargai klien untuk koping
efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.
|
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan
kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark
diri dari orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan
dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal
berikut : mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang
dibuktikan dengan cara sbb:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka
dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Berikan kesempatan pada klien dan
keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka
, dan gali makna pribadi dari kehilangan.Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi
yang umum dan sehat.
|
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan
yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan
menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan
respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien
dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka
terhadap situasi tersebut.
|
2
|
Berikan dorongan penggunaan
strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa
lalu.
|
Stategi koping fositif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah.
|
3
|
Berikan dorongan pada klien untuk
mengekpresikan atribut diri yang positif.
|
Memfokuskan pada atribut yang
positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
|
4
|
Bantu klien mengatakan
dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
|
Proses berduka, proses berkabung
adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
|
5
|
Tingkatkan harapan dengan
perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan dan
dukungan.
|
Penelitian menunjukkan bahwa klien
sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan.
b. Mendukung fungsi
kemandirian.
c. Memberikan obat
nyeri saat diperlukan dan
d. Meningkatkan
kenyamanan
fisik (
Skoruka dan Bonet 1982 ).
|
Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan
gangguan kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres
( tempat perawatan ).
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya
mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan kekhawatirannnya
mengenai lingkungan tempat perawatan
3. melaporkan
fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Luangkan waktu bersama keluarga atau
orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
|
Kontak yang sering dan
mengkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat
membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
|
2
|
Izinkan keluarga klien atau orang
terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
|
Saling berbagi memungkinkan
perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
|
3
|
Jelaskan lingkungan dan peralatan
ICU
|
Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan
dengan ketidaktakutan.
|
4
|
Jelaskan tindakan keperawatan dan
kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan
informasi spesifik tentang kemajuan klien.
|
|
5
|
Anjurkan untuk sering berkunjung
dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan.
|
Kunjungan dan partisipasi yang
sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
|
6
|
Konsul dengan atau berikan rujukan
kesumber komunitas dan sumber lainnya.
|
Keluarga dengan masalah-masalah
seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang
tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu
mempertahankankan fungsi keluarga.
|
Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan
dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak
mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian
Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang
akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gali apakah klien menginginkan
untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang
diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya.
|
Bagi klien yang mendapatkan nilai
tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan
arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
|
2
|
Ekspesikan pengertian dan
penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau
spiritual klien.
|
Menunjukkan sikap tak menilai
dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya.
|
3
|
Berikan prifasi dan ketenangan
untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.
|
Privasi dan ketenangan memberikan
lingkungan yang memudahkan refresi dan perenungan.
|
4
|
Bila anda menginginkan tawarkan
untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan.
|
Perawat meskipun yang tidak
menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien
memenuhi kebutuhan spritualnya.
|
5
|
Tawarkan untuk menghubungkan
pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ).
|
Tindakan ini dapat membantu klien
mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting (
Carson 1989 ).
|
D. Implementasi
Diagnosa I
1. Membantu klien untuk mengurangi
ansientasnya :
a. Memberikan
kepastian dan kenyamanan.
b Menunjukan
perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
c Mendorong
klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan
pengobotannya.
d. Menditifikasi
dan mendorong mekanisme koping efektif.
2. Mengkaji tingkat ansientas klien.
Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
3. Mendorong keluarga dan teman untuk
mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.
4. Memberikan klien dan keluarga
dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.
5. Memberikan dorongan pada klien
untuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan imajines dan pernafasan
relaksasi.
Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien
dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka
dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi
yang umum dan sehat.
2. Memberikan dorongan penggunaan strategi
koping positif yang terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.
3. Memberikan dorongan pada klien untuk
mengekpresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan.
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat
klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan
postoperasi yang dipikirkan dan memberikan informasi spesifik tentang kemajuan
klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan
berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber
komunitas dan sumber lainnya.
Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk
melaksanakan praktik atau ritual keagamaan atau spiritual yang diizinkan bila
ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.
2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda
tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual,
spiritual sesuai kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau
rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan
pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang beragama islam
E. Evaluasi
a). Klien
1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan
mengekpresikan perasaannya pada perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima
kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu
bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan
kembali kepadanya.
b). Keluarga Klien:
1. Keluarga dapat mengekspresikan
perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah,
kehilangan, dll.
- Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.
- Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.
- Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa
penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.Perawatan
pasien yang akan meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang
komprehensif tentang orang yang menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih
dari manajemen symptom yang hati-hati dan – perhatian terhadap kebutuhan dasar
fisik pasien – secara perorangan – sebagai pribadi — dan keluarganya.
Di samping menangani manajemen symptom,
intervensi perawatan paliatif dan hospis dapat ditujukan untuk menolong
seseorang untuk mencapai perasaan beres dalam dimensi social dan relas antar
pribadi, untuk membangun atau memperdalam perasaan bermakna dan menemukan
perasaan keunikan mereka sendiri dalam makna hidup.Yang paling mendasar adalah,
perawat dapat melayani dengan cara menghadirkan diri secara
penuh. Mungkin kita tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan eksistensial
tentang hidup dan kematian lebih daripada orang yang sedang meninggal. Mungkin
kita tidak dapat mengurangi semua perasaan menyesal dan takut menghadapi
ketidaktahuan. Namun, bukan tugas kita untuk menjawab semua masalah itu. Tugas
utama seorang perawat adalah berdiri di samping pasien, terus menerus
menyediakan perawatan fisik dan psikososial yang diperlukan, sementara itu
pasien sendiri berjuang untuk mencari jawabannya.
B. Saran
Hal yang paling diperlukan dalam penanganan pasien
dalam fese terminal adalah pendekatan secara moral, social dan spiritual. Peran
utama perawat dalam keadaan ini ditekankan pada kemampuan untuk mempersiapkan
pasien secara utuh dalam menerima keadaanya dan mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematian secara damai.
DAFTAR PUSTAKA
·
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990.
·
Asuhan Keperawatan pada Pasien/Klien yang
tidak ada Harapan Sembuh, Jilid IV,Edisi I. Jakarta
·
<http://herdylover.wordpress.com/2009/10/08/asuhan-keperawatan-pada-pasien-terminal/> [diakses tanggal 27 Maret 2010]
·
<http://julianto10.blogspot.com/2009/07/konsep-keadaan-terminaL menjelang-ajal.html> [diakses tanggal 27 Maret 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar