ASKEP PENYAKIT TERMINAL



DISUSUN OLEH:
1.      MISDALIA
2.      MIFTAKHUL KHOLIFAH
3.      NABILA SARAH WATI
4.      NANDA TESHA DIONA
5.      NURMALA ANGGRAINI
6.      OKTAVIANUS ERIK YUNANTO
7.      PUTERI LUVITA KHARISMA PERTIWI
8.      REGINA EL-FARANIKA



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEEPERAWATAN
2014


ASUHAN KEPERAWATAN Tn. T
DENGAN DIAGNOSA MEDIS Ca.PARU (TERMINAL)
DIRUANG MURAI RSUD ABDUL MOELOEK


I.                   DATA DEMOGRAFI KLIEN
A.    BIODATA KLIEN
Nama                                             : Tn. T
Usia                                               : 49 tahun
Jenis Kelamin                                : Laki-Laki
Status                                            : Menikah
Suku/bangsa                                  : Jawa
Agama                                           : Islam
Pendidikan                                    : SMP
Pekerjaan                                       : Supir
Alamat                                          : Dusun induk pemanggilan natar
B.     Biodata Penanggung Jawab
Nama                                             : Ny. Wati
Usia                                               : 45 th
Hubungan dengan klien                : Istri
Pekerjaan                                       : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                          : Dusun induk pemanggilan natar
C.     Data Medik
Tanggal Pengkajian                       : 20/10/2014
Tanggal Masuk Rumah Sakit        : 21/10/2014
No Registrasi                                : 13200050
Diagnosa Medis                            : Ca. Paru


II.                RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

A.      KELUHAN UTAMA
Sesak Napas

B.       RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien datang ke rumah sakit pada tanggal 8 oktober 2014 pukul 08.00 dengan keluhan badan lemas, batuk, dan sesak napas, sejak 3 hari yang lalu. Pasien sebelumnya punya riwayat sakit pernapasan dan dirawat selama 4 hari pada 6 bulan yang lalu. Saat dikaji pada tanggal 21 oktober 2014 klien tampak pucat, lemah dan susah bernapas. Klien mengeluh sesak napas pada dada kanan dan kiri dengan RR 35x/menit klien merasa sesak napas terus menerus.


III.             RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan pernah berobat kerumah sakit dan pernah dirawat selama 4 hari pada 6 bulan yang lalu.

IV.             RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit keturunan dari pihak keluarganya.

V.                RIWAYAT PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL
-          Psikososial
·         Klien mengatakan tidak suka dengan adanya penyakit tersebut karena mengganggu aktivitas sehari-harinya.
·         Klien adalah orang yang ramah
·         Klien sering berdoa untuk kesembuhannya
-          Spiritual
·         Klien beragama islam
·         Klien mengatakan ini adalah sebuah ujian dari Allah SWT
VI.             RIWAYAT ALERGI
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan, obat-obatan, dll.

VII.          KEADAAN UMUM KLIEN
A.            Keadaan Umum Klien
-          Tingkat kesadaran                                   : Komposmetis
-          Penampilan klien                                     : sedikit kusam
-          Ekspresi wajah, cara bicara                     : lesu, lemah, bicara baik
-          Berpakaian dan kebersihan umum          : Pakaian klien kusut & kotor
-          Tinggi badan                                           : 160 cm
-          Berat badan                                             : 60kg

B.            Tanda-tanda vital
Suhu                          : 37 c
Nadi                          : 88x/menit
Pernapasan                : 35x/menit
Tekanan darah           : 110/70 mmhg.
 

VIII.       FAKTOR PREDISPOSISI
  Klien divonis menderita Ca. Paru stadium IV B.

IX.             FAKTOR PRESIPITASI
Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat ke Rumah Sakit. Klien mengatakan berat badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.

X.                MASALAH KEPERAWATAN
Cemas kematian



XI.             TINGKAT ANSIETAS
Tingkat ansietas klien berat ditandai dengan :
a.       Klien tampak sedih yang mendalam
b.      Klien tampak cemas
c.       Klien tampak pucat
d.      Klien terus menanyakan
e.       Klien tampak murung

XII.          RIWAYAT KELUARGA
Klien tinggal bersama istri dan tiga orang anak. Klien sudah berkeluarga selama 10 tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belum pernah ada permasalahan besar dalam keluarganya. Selain itu, klien mengatakan bahwa keluargnya selalu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.


XIII.       RIWAYAT SOSIAL

a. Pola sosial
Menurut istri klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah. Peran serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain klien mengaku tidak mengalami kesulitan.
b.  Obat –obatan yang Dikonsumsi
Klien mengaku  pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini klien juga mengkonsumsi  vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.
c.  Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi  kecemasannya.


d.  Status Mental dan Emosi
ü Penampilan
Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
ü Tingkah laku
Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya.  Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.

ü Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.

ü Mood dan Afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluh akan keadaannya.

ü Proses Pikir
Dalam proses pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah mengalami kematian.

ü Persepsi
Klien  mengalami penurunan perhatian

ü Kognitif
(a)        Orientatif realita
-          Waktu              :
-          Tempat            :
-          Orang               :
-          Situasi              :
(b)   Memori
Klien mampu  mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas

XIV.       PEMERIKSAAN FISIK
A.    Kulit
Inspeksi           : Tidak terdapat massa, kutil, ataupun bekas luka.
                          Warna kulit kusam dan sedikit kebiruan (sianosis)
Palpasi             : Turgor kulit klien tidak elastis dan kering.

B.     Kepala
Inspeksi           : Rambut klien rontok (hampir botak)
Palpasi             : Rambut klien kasar dan mudah rontok

C.   Mata
Inspeksi           : Konjungtiva klien tampak anemis.

D.  Telinga
Inspeksi           : Tidak terdapat serumen berlebih

E.   Hidung
Inspeksi           : Terlihat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
                          polip, dan terpasang kanul O2

F.    Mulut
Inspeksi           : Bibir pucat, gigi tidak ompong, lidah bersih, klien
                               tidak mengalami kesulitan menelan.

G.  Leher
Inspeksi           : Tidak ada pembesara kelenjar tiroid, mobilisasi
                            tidak mengalami kesulitan menelan.

H.  Dada
Inspeksi           : RR 35X/menit, retraksi dada, penggunaan otot-otot
                          Pernafasan berlebih.
Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi       : Terdapat suara ronchi basah
I.       Jantung
Inspeksi           : Nadi 88x/menit, iramanya teratur
Aukultasi         : Bunyi jantung reguler, lup-dup.

J.     Abdomen
Inspeksi           :  Tidak terdapat edema
Perkusi :  Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi       :  Suara perut normal (tympani).

K.  Muskuloskeletal
Inspeksi           : Tidak terdapat edema
Palpasi             : Tidak terdapat nyeri tekan pada  ekstermitas atas 
                          dan bawah.


XV. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
a.       Personal hygiene
-          Sebelum sakit      : klien mandi 2x sehari dengan rutin dan gosok gigi  setiap hari, kemudian klien keramas 2 hari sekali.
-          Saat sakit             : klien jarang mandi, klien hanya mandi/dimandikan menggunakan lap basah oleh keluarganya.
b.      Oksigenasi
-          DS           : Keluarga klien mengatakan klien bernapasnya tidak teratur sejak dirumah sakit. Napas terdapat bunyi wheezing.
-          DO          : klien terpasang kanul dengan RR 35x/menit, napas sedikit cepat.
c.       Nutrisi dan cairan
-          Sebelum sakit                  : klien makan 3x/hari dengan nafsu makan baik, klien selalu menghabiskan makanannya, klien makan dengan nasi,sayur,lauk-pauk.
-          Saat sakit                         : klien makan 3x/hari dengan nafsu makan tidak baik sehingga klien hanya menghabiskan 1-2 sendok makan yang diberikan di RS, BB klien masih dalam batas normal, diit sesuai yang diberikan RS.
d.      Pola eliminasi
-          Sebelum sakit      : BAK 6x/hari dengan warna kuning jernih kurang lebih 1250cc, bau khas urine dan BAB sebanyak 1x/hari dengan konsistensi lunak dan bau khas.
-          Saat sakit             : BAK 2-3x/hari dengan warna kuning keruh kurang lebih 500cc, bau khas urine, dan BAB sebanyak 3x/hari dengan konsistensi cair, kuning dan bau khas.
e.       Pola istirahat tidur
Klien mengatakan susah tidur pada malam hari karena sesak yang dirasakan, dan hanya tidur 2-3 jam/malam.
f.       Pola aktivitas
-sebelum sakit          : klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri
-saat sakit                 : klien mengatakan semua aktivitas dibantu oleh keluarga
g. Pemeriksaan Penunjang
    PH      :  7, 25                         TCO2              : 23 mmol/L
    PCO2 : 30 mmHg                  BE                   : 1 mEq/L
    PO2    : 85 mmHg                  Saturasi O2     : 95%
    HCO3 : 23
h.   program pengobatan
                        -  pemberian oksigen
                        -  salbutanol 2.5 mg
                         - dexamethason
                        -  aminophilin
I. ANALISA DATA
DATA SENJANG
MASALAH KEPERAWATAN
ETIOLOGI
DS: Pasiem mengatakan badannya lemas, sesak, batuk, dispeneu, suara serak.

DO: Batuk produktif,Tachikardia/menunjukkan efusi, sianosis, suara nafas mengi
Tidak efektif
jalan nafas
Obstruksi bronkial sekunder karena invansi tumor
DS: Pasien mengatakan nyeri bagian dada, nyeri ini mengganggu aktifitas, nafsu makan menurun.

DO: Pasien memegang dadanya, menahan rasa nyeri.
Berat badan turun.
Dari pemeriksaan skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor yang menyebabkan nyeri.

Gangguan rasa nyaman nyeri
Penekanan saraf oleh Ca.Paru
DS:
1.      Pasien mengatakan sangat takut dengan kondisi penyakitnya.
2.      Pasien mengatakan takut melakukan pengobatan.
3.      Pemeriksaan frekuensi/jumlah urine.

DO:
1.      Pasien terlihat sangat ketakutan
2.      Nadi tidak teratur
3.      Irama denyut jantung tidak teratur
4.      Pasien sulit beraktifitas
Ketakutan/ansietas
Perubahan status kesehatan






II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Diagnosa
Keperawatan
Tanggal
Ditemukan
Paraf
Teratasi
Paraf
1
Tidak Efektif jalan nafas b.d Obstruksi bronkial sekunder karena invansi tumor




2
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penekanan saraf oleh Ca. Paru




3
Ansietas b.d Perubahan status kesehatan













III. RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
Rasional
1
Tujuan:
Efektifnya jalan nafas.
Kriteria Hasil:
1.      Dispnea hilang
2.      Tidak ada Ronki
3.      Bersihan jalan nafas
1.      Auskultasi dada
2.      Observasi jumlah dan karekteristik sputum
3.      Dorong masukan per oral
1.      Pernafasan bising
2.      Peningkatan jmlah sekret tidak berwarna
3.      Hidrasi adekuat agar sekret hilang.
2
Tujuan:
Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria Hasil:
1.      Nyeri terlapor hilang.
2.      Istirahat tidur baik
3.      Beraktifitas yang diinginkan
1.      Tanyakan nyeri pasien
2.      Beri tindakan kenyamanan

3.      Kolaborasi pemerian analgetik
1.      Mengevaluasi gejala klien
2.      Meningkatkan relaksasi danpengalihan perhatian
3.      Meringankan nyeri
3
Tujuan:
Ketakutan teratasi.
Kriteria Hasil:
1.      Menyadarkan terhadap ansietas dan cara sehat mengatasinya.
2.      Mendiskusikan ansietas
3.      Tampak rileks
1.      Evaluasi tingkat pemahaman klien

2.      Akui rasa takut



3.      Catat komentar klien
1.      Pasien dan keluarga dapat menerima perubahan pola hidup
2.      Menerima kenyataan kanker dan pengobatan
3.      Ansietas menurun









IV. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
No
Tanggal
Implementasi
Paraf
Tanggal
Evaluasi
Paraf
1

1.      Auskultasi dada
2.      Observasi jumlah dan karekteristik sputum
3.      Dorong masukan per oral


S= Klien  mengatakan nafanya membaik
O= Ronki ulai menghilang
A= Masalah mulai teratasi
P= Terapi teruskan

2

1.      Tanyakan nyeri pasien
2.      Beri tindakan kenyamanan
3.      Kolaborasi pemerian analgetik


S= Kliem mengatakan sudah tidak terlalu nyeri
O= Skala nyeri berkurang
A= Masalah mulai teratasi
P= Terapi teruskan

3

1.      Evaluasi tingkat pemahaman klien
2.      Akui rasa takut
3.      Catat komentar klien


S= Klien mengatakan sudah tidak terlalu takut akan penyakitnya
O= Kecemasan lien menurun.
A= Masalah mulai teratasi
P= Terapi  teruskan















CA PARU/ KANKER PARU

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU/ KANKER PARU

A.   DEFINISI KANKER PARU
§  Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
§  Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
§  Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B.   ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARU
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a.    Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b.    Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c.    Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).


d.    Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e.    Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f.     Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g.    Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

Faktor Risiko Kanker Paru
§  Laki-laki
§  Usia lebih dari 40 tahun
§  Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
§  Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
§  Radon dan asbes
§  Lingkungan industri tertentu
§  Zat kimia, seperti arsenic
§  Beberapa zat kimia organic
§  Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
§  Polusi udara
§  Kekurangan vitamin A dan C

C.   KLASIFIKASI KANKER PARU
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
a.    Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).
b.    Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
c.    Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
d.    Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
e.    Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

CA PARU/ KANKER PARU
D.   GAMBARAN KLINIS KANKER PARU
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1.    Lokal (tumor setempat)
§  Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
§  Hemoptisis
§  Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
§  Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
§  Aelektasis
2.    Invasi local :
§  Nyeri dada
§  Dispnea karena efusi pleura
§  Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
§  Sindrom vena cava superior
§  Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
§  Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
§  Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
3.    Gejala penyakit metastasis :
§  Pada otak, tulang, hati, adrenal
§  Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
§  Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
§  Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
§  Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
§  Hipertrofi : osteoartropati
§  Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
§  Neuromiopati
§  Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
§  Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
§  Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
4.    Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
§  Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
§  Kelainan berupa nodul soliter

E.   MANIFESTASI KLINIS KANKER PARU
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1.    Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
2.    Gejala umum.
a.    Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b.    Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
c.    Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F.    PATOFISIOLOGI KANKER PARU
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

G.   PATHWAY KANKER PARU

PATHWAY CA PARU/ KANKER PARU
H.   TINGKATAN KANKER PARU
Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos dada). Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang bnayak, paru kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama seperti pada pencarian jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.

Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru
Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.    Tahapan kanker paru jenis  karsinoma sel kecil (SLCC)
§  Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitanya.
§  Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
b.    Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
§  Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
§  Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
§  Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
§  Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening di dekatnya.
§  Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti  dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
§  Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.

I.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Radiologi.
§  Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
§  Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.    Laboratorium.
§  Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
§  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
§  Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3.    Histopatologi.
§  Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
§  Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
§  Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
§  Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang  terlibat.
§  Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4.    Pencitraan.
§  CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
§  MR
CA PARU/ KANKER PARU
J.    PENATALAKSANAAN KANKER PARU
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a)    Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b)    Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c)    Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d)    Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,  tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e)    Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f)     Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g)    Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
h)   Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
i)     Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j)      Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k)    Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l)     Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m)  Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.




DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2. EGC:Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar