ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GANGGUAN
PSIKOSOSIAL DENGAN PENYAKIT TERMINAL
OLEH :
1.M ARIFIN RIVAI
2.MEIDIAN JAYA
EKA PUTRA
3.MUHAMMAD
IKHSAN
4.NADIA ULFA
TARADISA
5.NI MADE TENDY
6.NURUL
QOMMARIYAH
6.OKTIANASARI
7.PUTRI LESTARI
DINAS KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES
TANJUNG KARANG
JURUSAN DIII
KEPERAWATAN
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami membahas tentang “”Asuhan Keperawatan Gangguan Psikososial Terminasi”
Makalah
ini dibuat dari berbagai sumber untuk membantu menyelesaikan tugas ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing. Sebagai koordinator
mata ajar Keperawatan Jiwa.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada tugas ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun.
Bandar lampung, Oktober 2014
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
BAB
IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian............................................................................................. 4
B. Jenis – Jenis Penyakit Terminal............................................................. 5
C.
Respon Kehilangan .............................................................................. 5
D.
Fase-fase Menjelang Kematian............................................................. 5
E.
Rentang Respon.................................................................................... 7
F. MANIFESTASI KLINIK................................................................... 8
G. FOKUS ASPEK PSIKOSOSIAL........................................................ 9
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Data Demografi.................................................................................... 15
B.
Keluhan Utama.................................................................................... 16
C.
Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik........................................... 16
D.
Faktor Predisposisi............................................................................... 16
E.
Faktor Presipitasi.................................................................................. 16
F.
Masalah Keperawatan........................................................................... 16
G.
Tingkat Ansietas................................................................................... 16
H.
Riwayat Keluarga................................................................................. 17
I. Riwayat
Sosial.......................................................................................... 17
J. Status
Mental dan Emosi.......................................................................... 17
K. POHON
MASALAH............................................................................. 18
L. Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi.................................................... 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 22
B. Saran........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terminasi atau kehilangan akibat kematian adalah suatu keadaan pikiran, erasaandan aktivitas yang mengikuti kehilangan akibat kematian seseorang yang memilki hubungan darah dan emosi. Ada beberapa teori yang menyampaikan
tahapan terahapan kehilangan diantaranya adalah Engel
(1964) yang menyampaikan ada 3 fase pada orang yang berduka dan menjelang kematian.
Teori lain disampaikan oleh Kublr Ross (1969) dalam teorinya focus tahapan kehilangan lebih merujuk pada prilaku yang mencakup lima tahapan. Rando (1993) mendefinisikan kembali respons berduka dan kehilangan menjadi tiga kategori. Dari ketiga teori diatas kita dapat membandingkan tiap fase yang disebutkan sebelumnya
Engel (1964)
|
Kubler – Ross (1969)
|
Rando (1993)
|
1. Syok dan tidak percaya
|
1.Menyangkal
|
1. Penghindaran
|
2.Marah
|
||
3.Tawar – menawar
|
||
2. Mengembangkan kesadaran
|
4.Depresi
|
2. Konfrontasi
|
3. Mengenali dan restitusi
|
5.Penerimaan
|
3. Akomodasi
|
Dari tahapan tersebut bukan hanya respon secara prilaku maupun psikologis namun respon fisik yang mungkin akan berdampak pada kesehatan, keamanan dan keselamatan keluarga. Respon fisik yang radikal sering ditemui pada tahap awal, syok dan tidak percaya / menyangkal,marah,tawar – menawar / penghindaran. Reaksi fisik mencakup pingsan, berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat (denyut jantung meningkat), gelisah, imsomnia dan kegelisahan.
Menurut teori respon tersebut dipengaruhi oleh:
1.
Usia\
Usia disini menjadi suatu faktor yang berperan dalam pengenalan dan reaksi terhadap kehilangan. Pada usia anak anak tentu berbeda bagaimana mereka mengenali proses
kehilangan dan cara meluapkan respon terhadap kehilangan dengan remaja, orang dewasa bahkan lansia.
2.
Peran Jenis Kelamin
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pria lebih sulit mengekspresikan dukacita akibat kehilangan daripada wanita. Hal ini akan berdampak pada lamanya
waktu dalam memulihkan kehilangan yang terjadi.
3.
Pendidikan dan status social ekonomi
Kelompok dengan kekurangan sumber financial, pendidikan atau keterampilan
pekerjaan memperbesar respons kehilangan dan dukacita.
4.
Sifat Hubungan\
Makna hubungan pada pengalaman kehilangan akan mempengaruhi respons dukacita.
Bukan hanya pada kasus kematian, namun juga perpisahan dan percerai
Mungkin tidak salah bila ada suatu ungkapan yang menyatakan bahwa “keilangan orangtua
berarti kehilangan masa lalu kita, kehilangan pasangan berarti kehilangan masa kini kita dan kehilangan anak berarti kehilangan masa depan kita.”
5. Sistem Pendukung Sosial
Dukungan social dari komunitas dan orang orang disekitar kita dapat mempengaruhi
bagaimana cara seseorang akan berespon
terhadap kehilangan yang dialami.
6. Keyakinan Spiritual dan Budaya
Nilai, sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek cultural yang berpengeruh terhadap
reaksi kehilangan. Latar belakang budaya dan dinamika keluarga turut juga berpengaruh
terhadap cara keluarga mengekspresikan kehilangan yang dialami. Dengan demikian
setiap keluarga memiliki cara mengekspresikan kehilangan secara berbeda.
Dengan berbagai hal yang telah dipaparkan memungkinkan terjadinya res
n kehilangan yang maladaptif dimana pribadi yang merasakan kehilangan akan melewati setiap fase
kehilangan dengan waktu yang lebih lama. Ditambah penanganan yang kurang akan
memunculkan resiko gangguan pada aktivitas fisik, menarik diri, gangguan psikologi,
mencederai diri hingga keinginan untuk bunuh diri. Disini dibutuhkan peran perawat
sebagai agen yang membantu klien dan keluarga dalam menghadapi kehilangan.
Tujuan yang hendak dicapai oleh perawat yang memberikan pelayanan fase terminasi
atau kehilangan mencakup mengakomodasi dukacita, menerima realitas kehilangan,
mencapai kembali rasa harga – diri dan memperbarui aktivitas atau hubungan normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
GANGGUAN PSIKOSOSIAL DENGAN PENYAKIT TERMINAL
A.
Pengertian
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa
disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Kondisi
Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995 )
Pasien
Terminal adalah : Pasien –psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M.
Stevens, dkk ,hal 282, 1999 )
Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu
pendampingan dalam kehidupan , karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .
Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan akhirnya mati. Manusia akan
menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian
adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
B.
Jenis – Jenis Penyakit Terminal
1. Diabetes Militus
2. Penyakit Kanker
3. Congestik Renal Falure
4. Stroke.
5. AIDS
6. Gagal Ginjal Kronik
7. Akibat Kecelakaan Fatal
C.
Respon Kehilangan
1.
Rasa takut diungkapkan dengan
ekspresi wajah, ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan.
2.
Cemas dengan cara menggerakkan otot rahang
kemudian mengendor
D.
Fase-fase Menjelang Kematian
1. Denial
(Fase Penyangkalan/pengingkaran dan
Pengasingan Diri)
ketika orang disadarkan bahwa ia akan
meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan
bahkan mungkin mengingkarinya. Reaksi pertama setelah mendengar, bahwa
penyakitnya diduga tidak dapat disembuhkan lagi adalah, "Tidak, ini tidak
mungkin terjadi dengan saya." Penyangkalan ini merupakan mekanisme
pertahanan yang biasa ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama
mendengar berita mengejutkan tentang keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang
percaya, bahwa kematiannya sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang
menolong mereka untuk dapat mengatasi shock khususnya kalau peyangkalan ini
periodik. Normalnya, pasien itu akan memasuki masa-masa pergumulan antara
menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia dapat benar-benar menerima
kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.
2. Anger (Fase Kemarahan)
Terjadi
ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal.
Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus. Masanya
tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi kesadaran
ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan. "Mengapa
ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan mereka yang sudah tua,
yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?" Kemarahan ini seringkali
diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di
rumah sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang yang
dikasihinya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi
bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka tidak
menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal, sebagai
ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien
adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang
tersinggung oleh karena kemarahannya.
3.
Bargaining (Fase Tawar Menawar).
Ini adalah
fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama
lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan macam-macam hal
kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu, dan keajaiban
kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk
melayaniMu."
4.
Depresion (Fase Depresi)
Setelah
ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa putus
asa melihat masa depannya yang tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang
mungkin dia mengerti adanya tempat dan keadaan yang jauh lebih baik yang telah
Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian perasaan putus asa masih akan
dialami.
5.
Acceptance (Fase Menerima)
Tidak semua
pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia alami. Pada
umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan,
bahwa kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk
berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di
sekitarnya. Pasien-pasien seperti ini biasanya membosankan dan mereka
seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya, padahal kebutuhan untuk
selalu dekat dengan keluarga pada saat- saat terakhir justru menjadi sangat
besar
E.
Rentang Respon
Rentang respon seseorang terhadap peyakit terminal
dapat digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan
keputusasaan .






- Respon
Adaptif
a.
Masih punya harapan
b.
Berkeyakinan bisa sembuh
- Respon Mal Adaptif
a.
Keputusasaan
b.
Pasrah
- Respon Ketidakpastian
Respon antara adaptif dan mal adaptif
F.
MANIFESTASI KLINIK
1. Fisik
a.
Gerakan pengindraan menghilang
secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan ujung jari
b.
Aktifitas dari GI berkurang
c.
Reflek mulai menghilang
d.
Kulit kebiruan dan pucat
e.
Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f.
Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g.
Penglihatan mulai kabur
h.
Klien kadang-kadang kelihatan rasa
nyeri
i.
Klien dapat tidak sadarkan diri
2. Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli
E.Kubbler Ross mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dan hasil penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1.
Rasa takut diungkapkan dengan
ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu untuk mengatur tangan
2.
Cemas diungkapkan dengan cara
menggerakan otot rahang dan kemudian mengendor
3.
Rasa sedih diungkapkan dengan mata
setengah terbuka / menangis
b.
Hubungan dengan orang lain
timbul
akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan secara interpersnal
serta akibat penolakan
G.
FOKUS ASPEK PSIKOSOSIAL.
a) PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal,
menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap
klien bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan saja tetapi juga aspek
psikososial lainnya. Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji
psikososial pada klien terminal yaitu dengan metode “ PERSON “
P : Personal
Stranghai
Yaitu:
kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatan/ pekerjaan
E :
Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan
dengan klien
R : Respon
to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat
ini atau di masa lalu.
S : Support
Sistem.
Keluarga atau orang lain
yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi
lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus
Pengkajian
yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal menggunakan pendekatan :
a.
Faktor predisposisi.
Faktor yang
mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem pendekatan
bagi klien. Ras Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:
1)
Riwayat psikososial
2)
Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
3)
Kemampuan koping
4)
Tingkat perkembangan
5)
Adanya reaksi sedih dan kehilangan
b.
Faktor sosio kultural
Klien mengekspresikan
sesuai tahap perkembangan, pola kultur terhadap kesehatan, penyakit dan
kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
c.
Faktor presipitasi
1)
Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2)
Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
3)
Support dari keluarga dan orang terdekat
4)
Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik
diri , cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup
d.
Faktor perilaku
1) Respon terhadap klien
2) Respon terhadap diagnosa
3) Isolasi sosial
e.
Mekanisme koping
1) Denial
Adalah
mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang berfungsi sebagai
pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap adalah :
a)
Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap
kehilangan “ saya harus meninggal karena penyakit ini “
b)
Tahap kronik ( Kronik Stage )
Persetujuan dengan proses penyakit “
Aku menyadari dengan sakit akan
meninggal tetapi tidak sekarang “ terjadi secara mendadak dan timbul perlahan
–lahan
c)
Tahap akhir ( Finansial Stage )
Menerima kehilangaan “ saya akan
meninggal “ kedamaian dalam kematian
sesuai kepercayaan
2) Regresi
Mekanisme
klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3) Kompensasi
Suatu
tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena penyakit yang
dialami
4) Belum menyadari ( Clossed
Awereness )
Klien dan
keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian tidak mengerti mengapa klien
sakit
5) Berpura –pura ( Mutual
Prelensa )
6) Menyadari ( Open Awereness
)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ancietas / cemas berhubungan dengan
rasa takut
2.
Isolasi sosial berhubungan dengan
menarik diri
3.
Perubahan rasa nyaman berhubungan
dengan nyeri fisiologi atau emosional
4.
Depresi berhubungan dengan keadaan
fisik yang bertambah parah dan kunjungan keluarga yang tidak teratur
5.
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan denial
6.
Tidak efektifnya koping individu
berhubungan dengan rasa takut
7.
Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan denial
8.
Perubahn proses keluarga berhubungan
dengan kehilangan anggota keluarga
9.
Takut ( kamatian atau katidaktahuan
) berhubungan dengan tidak memprediksi masa depan.
10. Antisipasi
berduka berhubungan dengan antisipasi kehilangan..
11. Disfungsi
berduka berhubungan dengan kehilangan
12. Putus
harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
13. Potensial
self care defisit berhubungan dengan meningkatnya ketergantungan pada orang
lain tentang perawtan
14. Gangguan
self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
15. Dystress
spiritual
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan
perawatan pada klien terminal :
1.
Membantu klien untuk hidup lebih
nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2.
Membantu keluarga memberi support
pada klien
3.
Membantu klien dan keluarga untuk
menerima perhatian
Fase Kehilangan
|
Intervensi Keperawatan
|
Penghindar
dan
- Menyangkal
- Marah
- Tawar – menawar
|
- Dukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan
- Tawarkan diri untuk tetap bersama klien
- Tawarkan klien perawatan dasar seperti makan, minum, oksigenasi, kenyamanan dan keamanan
- Berikan dorongan kepada klien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya.
- Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
|
Konfrontasi
- Depresi
|
- Berikan dukungan dan empati
- Dengarkan keluh – kesah klien dan keluarga dengan penuh perhatian
- Kaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tenaga professional di bidang psikologis bila ditemukan indikasi
|
Akomodasi
- Penerimaan
|
- Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara verbal maupun non verbal
- Tunjukan penerimaan kelabilan perasaan klien
- Bantu dan mendiskusikan rencana masa mendatang
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. KOMUNIKASI
Denial, pada tahap ini kita dapat
mempergunakan teknik komunikasi:
2. Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan klien
3.
Sient
Mengkomunikasikan minat perawat pada
klien secara non verbal
4.
Broad opening
Mengkomunikasikan topik / pikiran
yang sedang dipikirkan klien
Angger, pada
tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi :
Listening:
perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang dikatakan klien
1.
Bargaining
a.
Focusing
b.
Bantu klien mengembangkan topik atau
hal yang penting
c.
Sharing perception
d.
Menyampaikan pengertian perawat dan
mempunyai kemampuan untuk meluruskan kerancuan
2.
Acceptance
a.
Informing
Membantu
dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau
kemandirian klien
b.
Broad opening
Komunikasikan
kepada klien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan –harapannya
c.
Focusing
Membantu
klien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar tujuan
komunikasi tercapai
PERSIAPAN KLIEN
a.
Fase Denial
1.
Beri keamanan emosional yaitu dengan
memberikan sentuhan dan ciptakan suasana tenang
2.
Menganjurkan klien untuk tetap dalam
pertahanan dengan tidak menghindar dari situasi sesungguhnya
b.
Fase Anger
1.
Membiarkan klien untuk
mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang akan dan sedang terjadi pada
mereka.
2.
Beri perhatian dan lingkungan yang
nyaman dan cegah injuri.
c.
Fase Berganing
1.
Ajarkan klien agar dapat membuat
keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2.
Dengarkan klien pada saat bercerita
tentang hidupnya.
d.
Fase Depresi
1.
Perlakukan klien dengan sabar, penuh
perhatian dan tetap realitas.
2.
Kaji pikiran dan perasaan serta
persepsi klien jika ada asal pengertian harusnya diklarifikasi.
e.
Fase Acceptance
1.
Bina hubungan saling percaya/ BHSP.
2.
Pertahankan hubungan klien dengan
orang – orang terdekat.
INTERVENSI DENGAN KELUARGA
a)
Bantu keluarga untuk mengenal koping
klien dalam melewati fase ini.
b)
Bantu keluarga dalam melewati proses
kematian, resolusi yang dapat dilakukan setelah kematian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PSIKOSOSIAL PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN TERMINAL
A. Data Demografi
a)
Biodata klien
1.
Nama
: Ny. B
2. Usia
: 35 tahun
3. Jenis
Kelamin
: Perempuan
4.
Bahasa
Dominan
: Sunda
5.
Status
Perkawinan :
Menikah
6.
Alamat
: Tawang Kulon, Tasikmalaya
7.
Tanggal
Masuk
: 10 Maret 2011
8.
Tanggal
Pengkajian : 12 Maret 2011
9.
Ruang
Rawat
: R.3
10. Nomor Rekam
Medik : 130809
11. Diagnosa
Medis
: Ca. Rahim
12. Riwayat
Alergi
: -
13. Diet
: TKTP
b) Penanggung jawab
1.
Nama
:Tn. P
2.
Usia
:40 tahun
3.
Jenis
Kelamin
:Laki-laki
4.
Pekerjaan
:Wiraswasta
5.
Hubungan dengan klien :Suami
B. Keluhan
Utama
Klien
mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan perdarahan yang banyak dari vaginanya.
C.
Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik
1. Fisik
a. Berat
Badan
: 47 kg
b. Tinggi badan
: 156 cm
c. Tanda-tanda
vital : TD: 100/70mmhg, RR: 16 x/menit, Nd: 40x/menit, T: 370C
2. Riwayat Pengobatan
Fisik
Klien sudah
pernah berobat ke Puskesmas dan Pengobatan Alternatif.
D. Faktor Predisposisi
Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.
E. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan tidak cukup
uang untuk berobat ke Rumah Sakit. Klien mengatakan berat badannya cepat
menurun dan tidak nafsu makan.
F.
Masalah Keperawatan
Cemas kematian
G.
Tingkat Ansietas
Tingkat
ansietas klien berat ditandai
dengan :
a. Klien tampak sedih yang mendalam
b. Klien tampak cemas
c. Klien tampak
pucat
d. Klien terus menanyakan
e. Klien tampak murung
H. Riwayat
Keluarga
Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluarga
selama 10 tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belum pernah
ada permasalahan besar dalam keluarganya. Selain itu, klien mengatakan bahwa
keluargnya selalu malakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.
I.
Riwayat Sosial
a. Pola sosial
Menurut suami klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah. Peran serta
dalam kelompok baik selalu berpartisipasi
dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat. Dalam melakukan
hubungan dengan orang lain klien mengaku tidak mengalami kesulitan.
b. Obat –obatan yang
Dikonsumsi
Klien mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan
herbal diluar resep dan saat ini klien juga mengkonsumsi vitamin yang
sudah diresepkan oleh dokter.
c. Klien
mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk
mengatasi kecemasannya.
J.
Status Mental dan Emosi
ü
Penampilan
Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
ü
Tingkah laku
Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang
dideritanya. Dan klien pun selalu
menanyakan tentang kematiannya.
ü
Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.
ü
Mood dan Afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluh
akan keadaannya.
ü
Proses Pikir
Dalam proses
pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan
dialaminya setelah mengalami kematian.
ü
Persepsi
Klien
mengalami penurunan perhatian
ü
Kognitif
(a)
Orientatif realita
-
Waktu :
-
Tempat :
-
Orang :
-
Situasi :
(b)
Memori
Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh
perawat dan segera menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas
K. POHON MASALAH

L.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Merasa
kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial
Tujuan :
Klien merasa
tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit terminal
Intervensi :
ü
Dengarkan dengan penuh empati setiap
pertanyaan dan berikan respon jika dibutuhkan
klien dan gali perasaan klien.
ü
Berikan klien harapan untuk dapat
bertahan hidup.
ü
Bantu klien menerima keadaannya
sehubungan dengan ajal yang akan menjelang.
ü
Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi
dan selalu ada teman di dekatnya.
ü
Perhatikan kenyamanan fisik klien.
2.
Kehilangan harga diri
Tujuan :
Mempertahankan
rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan martabat klien
Intervensi :
ü
Gali perasaan klien sehubungan
dengan kehilangan.
ü
Perhatikan penampilan klien saat
bertemu dengan orang lain.
ü
Bantu dan penuhi kebutuhan dasar
klien antara lain hygiene, eliminasi.
ü
Anjurkan keluarga dan teman dekat
untuk saling berkunjung dan melakukan hal – hal yang disenangi klien.
ü
Beri klien support dan biarkan klien
memutuskan sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal perawatan.
3.
Depresi
Tujuan :
Mengurangi
rasa takut, depresi dan kesepian.
Intervensi :
ü
Bantu klien untuk mengungkapkan
perasaan sedih, marah dan lain-lain.
ü
Perhatikan empati sebagai wujud
bahwa perawat turut merasakan apa yang dirasakan klien.
ü
Bantu klien untuk mengidentifikasi
sumber koping, misalnya dari teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.
ü
Berikan klien waktu dan kesempatan
untuk mencerminkan arti penderitaan, kematian dan sekarat.
ü
Gunakan sentuhan ketika klien
menunjukkan tingkah laku sedih, takut ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat
selalu siap membantu.
ü
Lakukan hubungan interpersonal yang
baik dan berkomunikasi tentag pengalaman-pengalaman klien yang menyenangkan.
4.
Cemas, ditandai dengan klien selalu
bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak (fisik), raut muka
klien yang cemas.
Tujuan :
Klien tidak
cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup.
Intervensi :
ü
Kaji tingkat kecemasan klien.
ü
Jelaskan kepada klien tentang
penyakitnya.
ü
Tetap mitivasi (beri dukungan)
kepada klien agar tidak kehilangan harapan hidup dengan tetap mengikuti dan
mematuhi petunjuk perawatan dan pengobatan.
ü
Anjurkan kepada klien untuk tetap
berserah diri kepada Tuhan.
ü
Datangkan seorang klien yang lain
yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.
ü
Ajarkan kepada klien dalam melakukan
teknik distraksi, misal dengan mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan
teknik relaksasi, misal dengan menarik nafas dalam.
ü
Beritahukan kepada klien mengenai
perkembangan penyakitnya.
ü
Ikut sertakan klien dalam rencana
perawatan dan pengobatan.
5.
Koping individu tidak efektif,
ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, menghindari
kontak sosial.
Tujuan :
Koping
individu positif
Intervensi :
ü
Gali koping individu yang positif
yang pernah dilakukan oleh klien.
ü
Jelaskan kepada klien bahwa setiap
manusia itu pasti akan mengalami suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh
Tuhan.
ü
Anjurkan kepada klien untuk tetap
berserah diri kepada Tuhan.
ü
Perawat maupun keluarga haruslah
tetap mendampingi klien dan mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan
penuh perhatian.
ü
Tetap memotivasi klien agar tidak
kehilangan harapan untuk hidup.
ü
Kaji keinginan klien mengenai harapa
untuk hidup/keinginan sebelum menjelang ajal.
ü
Bantu klien dalam mengekspresikan
perasaannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terminasi atau kehilangan akibat kematian adalah suatu keadaan pikiran,
perasan dan aktivitas yang mengikuti kehilangan akibat kematian seseorang yang memilki hubungan darah dan emosi.
Dengan berbagai hal yang telah dipaparkan memungkinkan terjadinya respon
kehilangan yang maladaptif dimana pribadi yang merasakan kehilangan akan melewati setiap fase kehilangan dengan waktu yang lebih lama. Ditambah penanganan yang kurang akan memunculkan resiko gangguan pada aktivitas fisik, menarik diri, gangguan psikologi, mencederai diri hingga keinginan untuk bunuh diri. Disini dibutuhkan peran perawat sebagai agen yag membantu klien dan keluarga dalam menghadapi kehilangan. Tujuan yang hendak dicapai oleh perawat yang memberikan pelayanan fase terminasi atau kehilangan mencakup mengakomodasi dukacita, menerima realitas kehilangan, mencapai kembali rasa harga diri dan memperbarui aktivitas atau hubungan normal.
B.
Saran
Dengan berbagai hal yang telah dipaparkan memungkinkan terjadinya
respon kehilangan yang maladaptif dimana pribadi yang merasakan kehilangan akan melewati setiap fase kehilangan dengan waktu yang
lebih lama.
Ditambah penanganan yang kurang akan memunculkan resiko gangguan pada
aktivitas fisik, menarik diri, gangguan psikologi, mencederai diri hingga \keinginan untuk bunuh diri. Disini dibutuhkan peran perawat sebagai agen yang
membantu klien dan keluarga dalam menghadapi kehilangan.
Tujuan yang hendak dicapai oleh perawat yang memberikan pelayanan fase
terminasi atau kehilangan mencakup mengakomodasi dukacita, menerima
realitas kehilangan, mencapai kembali rasa harga diri dan memperbarui
aktivitas atau hubungan normal.
DAFTAR
PUSTAKA
http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/
Kemp &
Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co
Kubler-Ross,E.,(1969)
,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication
Kircher
& Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the
Terminally
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar